JAKARTA - Perputaran ekonomi selama libur lebaran tahun ini diperkirakan melampaui capaian pada periode sama saat pandemi Covid-19 tiga tahun terakhir. Meski demikian, pemerintah perlu mewasdai potensi inflasi tinggi selama Ramadan dan Lebaran tahun ini seiring pencabutan pengetatan mobilitas masyarakat (PPKM).

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksikan perputaran ekonomi saat momen mudik dan libur Lebaran tahun ini akan meningkat dibanding tahun sebelumnya. Diperkirakan nilainya mencapai 240,1 triliun rupiah atau setara 1,23 persen dari nilai produk domestik bruto (PDB) nasional pada 2022.

"Hal ini sesuai dengan strategi kita. Maka, dengan asumsi menggunakan basis pengeluaran wisatawan nusantara saat mudik lebaran periode 2019-2021 sekitar 1,94 juta, maka diproyeksikan perputaran ekonomi naik dari angka estimasi awal 150 triliun rupiah ke 240,1 triliun rupiah," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, pekan lalu.

Sandiaga menjelaskan, proyeksi perputaran ekonomi tersebut tidak lepas dari prediksi pertumbuhan pergerakan masyarakat saat musim mudik tahun ini yang diperkirakan naik sebesar 44,8 persen dibanding tahun lalu atau total sebesar 123,8 juta orang. Adapun pada tahun lalu, jumlah pergerakan masyarakat ketika momen mudik tercatat 85,5 juta orang.

Beberapa faktor penunjang yang diprediksi menjadi penyebab kenaikan pergerakan masyarakat diantaranya adalah jumlah hari libur yang lebih panjang juga relaksasi kebijakan pembatasan perjalanan.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat puncak peredaran uang di Indonesia dalam periode satu tahun terjadi pada bulan yang terdapat Ramadan dan Lebaran sekitar 25 persen kemudian diikuti Natal dan Tahun Baru dengan persentase mencapai 20 persen dari total jumlah uang beredar dalam satu tahun.

Karena peningkatan peredaran uang, inflasi Indonesia biasanya meningkat pada Ramadan dan Lebaran.

Baca Juga: