Sektor kelautan dan perikanan berpeluang besar menjadi pengungkit ekonomi di masa pandemi Covid-19.

JAKARTA - Sektor kelautan dan perikanan mencatatkan kinerja positif selama lima bulan pertama tahun ini. Neraca perdagangan sektor ini surplus sebesar 1,9 miliar dollar AS atau setara dengan 27 triliun rupiah, naik 3,72 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (yoy).

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti menyebut secara kumulatif, nilai ekspor produk perikanan pada Januari-Mei naik 4,94 persen (yoy) menjadi 2,1 miliar dollar AS.

"Kita semakin yakin sektor kelautan dan perikanan bisa menjadi pengungkit ekonomi di masa pandemi," ujar Artati saat melihat data BPS 480 kode HS 8 digit produk perikanan di Jakarta, Senin, (28/6).

Artati mengungkapkan jajarannya berperan aktif meningkatkan ekspor antara lain berkomunikasi dengan Perwakilan RI di berbagai negara guna memfasilitasi kebutuhan para eksportir. Selain itu, pihaknya juga memastikan hambatan dan permasalahan ekspor dapat diminimalisir dengan antisipasi dan komunikasi lintas otoritas kompeten terutama di pasar Tiongkok dan AS.

Salah satu yang krusial adalah memastikan kepatuhan para pelaku usaha dalam pemenuhan Seafood Import Monitoring Program (SIMP) yang dipersyaratkan oleh AS. Pembinaan tentunya dilakukan secara terus menerus. "Khususnya masih dalam situasi pandemi ini, kami intensifikasi virtual business matching dan promosi produk KP dengan dukungan Perwakilan RI di luar negeri," jelas Artati

Di sisi lain, untuk lebih menyinergikan kebutuhan domestik sesuai kondisi terkini, salah satunya adalah dengan melakukan intervensi dan kordinasi mengenai efisiensi transportasi ekspor langsung. Cakupannya adalah kontinyuitas transportasi ke negara ekspor, serta terbangunnya fasilitas dan dukungan di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).

Tingginya nilai ekspor berasal dari komoditas utama meliputi udang yang menyumbang sebesar 865,9 juta dollar AS atau 41,0 persen terhadap total nilai ekspor total. Selanjutnya tuna-cakalang-tongkol sebesar 269,5 juta dollar AS atau 12,7 persen dari total nilai ekspor dan cumi-sotong-gurita sebesar 223,6 juta dollar AS atau 10,6 persen dari total nilai ekspor.

Pacu Daya Saing

Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Machmud mengungkapkan, merujuk data ITC Statistics-Trademap, selama periode Januari-April 2021 nilai impor produk perikanan AS meningkat sebesar 16,5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula Australia dan Russia masing-masing meningkat sebesar 27,8 dan 10,8 persen. "Kita perlu menangkap peluang dari meningkatnya permintaan di negara-negara tersebut," tuturnya.

Jika nilai ekspor mencapai miliaran dollar, Machmud memastikan nilai impor kumulatif produk perikanan Indonesia pada Januari-Mei 2021 hanya 198,3 juta dollar AS. Lebih lanjut, Machmud menjelaskan komoditas yang diimpor di antaranya tepung ikan sebesar 43,5 juta dollar AS atau 21,9 persen dari total nilai impor hingga salmon-trout sebesar 14,6 juta dollar AS atau 7,4 persen dari total nilai impor.

Guna meminimalisir impor tersebut, Machmud mengajak para pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing produk dalam upaya mensubtitusi produk impor. "Ikan kita banyak dan jenisnya beragam, ikan lokal kita tak kalah dan bahkan lebih unggul daripada ikan impor, baik dari kandungan gizi dan manfaatnya," pungkas Machmud.

Baca Juga: