KARAWANG - Inovasi teknologi sektor pertanian diyakini sebagai kunci untuk meningkatkan ketahanan pangan. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marives), Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan salah satu inovasi penanaman padi dengan metode Ratun R5 yang dikembangkan Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (IKA ITS) diharapkan bisa meningkatkan produktivitas padi ke depan.

"Saya sangat mengapresiasi usaha IKA ITS dan tim dalam melakukan gerakan inovasi penanaman padi Ratun R5. Saya berharap IKA ITS dapat melanjutkan inovasinya di bidang pertanian, dan meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya sehingga dapat berkontribusi terhadap ketahanan pangan Indonesia," kata Luhut saat panen padi Ratun R5 di Karawang, Jawa Barat, Jumat (8/4) seperti dikutip dari Antara.

Menurut Luhut, inovasi padi Ratun R5 merupakan bentuk dukungan semua pihak terhadap perekonomian, ketahanan pangan nasional di masa ketidakpastian, dan juga peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sesuai arahan Presiden Jokowi.

"Kemajuan di bidang pertanian akan sangat mendukung perekonomian nasional, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pandemi Covid-19 yang masih ada hingga sekarang, walau perlahan sudah mulai membaik," kata Luhut.

Ratun R5 merupakan model penanaman padi di mana satu kali tanam benih dalam satu tahun bisa menghasilkan panen berkali-kali. Model penanaman itu dikembangkan berkat kerja sama antara IKA ITS dan Pemerintah Daerah (Pemda) Karawang, Jawa Barat.

Percobaan penggunaan Ratun R5 di Karawang dilakukan dalam rangka uji kelayakan usaha bisnis dan secara teknis penanaman Ratun R5 berkoordinasi dengan dinas pertanian setempat sejak triwulan keempat 2021. Hasil panen perdana padi Ratun R5 sebagian telah disumbangkan untuk korban letusan Gunung Semeru. Keunggulan dari varietas tersebut adalah produksi sawah per tahun meningkat, biaya produksi menurun, masa tanam hingga panen (60 hari) menjadi lebih singkat, utilisasi lahan sawah bisa optimal, serta memberikan lapangan kerja dan pendapatan pekerja pertanian sepanjang tahun.

Rektor ITS, Mochammad Ashari, memohon agar pemerintah mendukung inovasi itu agar mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional. "Ini sesuai arahan Presiden untuk meningkatkan produksi lokal. Ini betul-betul 100 persen buatan Indonesia," kata Ashari.

Batasan Harga

Secara terpisah, pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, M. Nasih, mengatakan dalam rangka ketahanan pangan maka petani sebagai pelaku utama sangat membutuhkan dukungan termasuk inovasi teknologi pertanian untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi mereka di tengah serbuan pangan impor.

"Selama ini, petani kita banyak mengalami kendala sehingga keuntungan dari bertani sulit untuk mencukupi biaya produksi dan mendapatkan keuntungan. Nilai tambah dari sawah kita tidak terlalu berpihak pada petani, ada batasan harga beras, harus bayar bunga pinjaman dan lain-lain," pungkas Nasih.

Baca Juga: