“Yang sangat penting bagi desa dan kelurahan yaitu mempunyai inovasi untuk mengatasi stunting."

JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta kepada seluruh perangkat desa dan kelurahan berinovasi untuk menjawab permasalahan terkait penurunan angka stunting di wilayahnya. Pasalnya, jumlah balita stunting saat ini diperkirakan mencapai 4,6 juta jiwa.

"Yang sangat penting bagi desa dan kelurahan yaitu mempunyai inovasi untuk mengatasi stunting," kata Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Muda BKKBN Muslicha dalam webinar Praktik Baik Desa/Kelurahan Bebas Stunting (De' Best) di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di Jakarta, Selasa (24/10).

Muslicha menuturkan angka prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yakni 21,6 persen berdasarkan data SSGI 2022. Dirinya memperkirakan dari persentase tersebut jumlah balita stunting saat ini mencapai 4,6 juta jiwa.

Dengan 82 ribu desa dan kelurahan yang tersebar di tanah air, kata dia, penanganan stunting harusnya bisa lebih optimal karena menggerakkan langsung partisipasi dari masyarakat desa, termasuk diwujudkan dalam ragam inovasi stunting.

"Inovasi penurunan stunting juga menjadi salah satu indikator praktik baik desa bebas stunting atau De' Best di 1.000 Hari Pertama Kehidupan yang digagas BKKBN," kata dia.

Baca Juga: