Pengembangan kampus siber akan ditandai dengan semakin banyaknya model perkuliahan online di kampus-kampus.

MEDAN - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendorong kampus untuk beradaptasi memasuki revolusi industri 4.0 (generasi keempat). Salah satunya dengan memfasilitasi dan memberi ruang gerak bagi perguruan tinggi untuk mengembangkan kampus siber.

Sekretaris Jenderal Kemristekdikti, Ainun Naim, mengatakan pengembangan kampus siber akan ditandai dengan semakin banyaknya model perkuliahan online di kampus-kampus. Ainun memastikan bahwa ke depan akan semakin banyak mata kuliah yang ditawarkam secara online.

"Tidak hanya mata kuliahnya, namun juga program studinya, atau bahkan hybrid, kombinasi antara keduanya, "kata Ainun saat Konferensi Pers Rakernas Kemristekdikti 2018, di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Selasa (16/1).

Saat ini, kata Ainun, beberapa kampus sudah menerapkan sistem pembelejaran online, seperti UT, UI, UGM, ITB, dan BINUS. "Jumlah kampus yang menerapkan perkuliahan online ini akan diperbanyak," imbuhnya.

Model perkuliahan online ini juga sudah banyak diterapkan di kampus-kampus asing. Bahkan, beberapa di antaranya berencana membentuk konsorsium, dan menawarkan perkuliahan online untuk mahasiswa Indonesia. Model perkuliahan online ini nantinya mirip dengan yang dikembangkan UT (Universitas Terbuka). Namun dalam perkuliahan online, nantinya mahasiswa tidak selalu langsung berinteraksi dengan profesor.

"Interaksi dengan profesor bisa dilakukan atau diwakili semacam robot. Sebuah sistem yang bisa mewakili, mengevaluasi, merespons jawaban mahasiswa," papar Ainun.

Persentase siswa untuk bertatap muka dengan dosen juga sangat tergantung dengan program online yang dipilih, apakah full online atau kombinasi. "Variasinya nanti banyak," jelasnya.

Saat ini, kata Ainun, pemerintah juga tengah menyiapkan regulasi agar pelaksanaan perkuliahan online ini memiliki payung hukum. Dengan memanfaatkam perkuliahan online, universitas akan mencapai efisiensi yang optimal. "Kampus asing yang menawarkan perkuliahan online, bahkan biayanya bisa 50 persen lebih murah," ujarnya.

Ainun juga menjelaskan, konsep kampus siber juga memungkinkan hubungan antarkampus menjadi lebih erat. "Untuk mata kuliah tertentu, mahasiswanya bisa mengambil di universitas lain. Misalnya saya mahasiswa UI, saya akan mengambil robotic di ITB itu boleh. Itu diakui sebagai bagian dari total kredit yang diperoleh untuk mencapai degree," jelasnya.

Dana Penelitian

Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, meluncurkan pendanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018. Dana riset sebesar 24,9 triliun rupiah diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Dari 24,9 triliun rupiah tersebut, kata Nasir, hanya 10,9 triliun rupiah digunakan untuk penelitian. Sisanya digunakan untuk pelatihan maupun peningkatan kapasitas peneliti.

Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu menambahkan, jumlah tersebut amat kecil dibandingkan negara lain. "Dana penelitian kita sebanyak 81 persen dibiayai negara, bantuan dari swasta untuk penelitian baru 19 persen," tambah dia.

Untuk BOPTN Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat pada 2018 sebanyak 1,29 triliun rupiah dengan total judul penelitian sebanyak 18.433 judul, dan total dana untuk pengabdian kepada masyarakat adalah 138,8 miliar rupiah dengan total sebanyak 2.201 judul. "Jumlah penelitian yang didanai lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, dari 15.124 judul menjadi 18.433 judul.

"Dalam kesempatan itu, Nasir berpesan kepada perguruan tinggi untuk tidak hanya menjadikan riset sekadar karya ilmiah, namun juga memiliki nilai manfaat bagi masyarakat, serta bisa menjadi inovasi dan industri. cit/E-3

Baca Juga: