Koba - Perkuat kearifan lokal. Bupati Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Algafry Rahman mengajak warga Desa Beruas melestarikan tanaman aren, sebagai warisan budaya yang sarat dengan nilai kearifan lokal.

"Tanaman dan pohon aren memang banyak ditemukan di daerah lain, namun di Desa Beruas menjadi tanaman tua yang diwariskan secara temurun karena terdapat keanekaragaman budaya dan kearifan lokal," kata Algafry Rahman di Desa Beruas, Minggu.

Bupati mengatakan itu menyikapi kegiatan ritual adat "Aik Mayang" di Desa Beruas yang merupakan tradisi secara temurun karena sarat dengan nilai budaya.

Aik Mayang atau Aik Kabung merupakan air dengan rasa manis beraroma wangi yang keluar dari tangkai buah pohon aren setelah dipotong atau diiris.

"Aik Kabung ini diolah para petani secara tradisional dan kemudian menghasilkan gula aren atau dalam bahasa kita orang Bangka adalah "Gule Kabung", kata Algafry.

Namun kata bupati, warga Desa Beruas memiliki cara yang unik dan dalam proses mendapatkan Aik Kabung dari pohon aren tersebut.

"Di Desa Beruas ada yang berbeda, terdapat keanekaragaman budaya atau kearifan lokal, yakni semacam ritual dalam proses mengeluarkan Aik Kabung dari pohonnya dan ini harus kita hargai dan dilestarikan sebagai warisan budaya," katanya.

Bupati mengikuti ritual adat "Aik Kabung" Desa Beruas dengan memanjat pohon aren dengan menggunakan tangga, kemudian mencicipi langsung Aek Kabung dari pohon yang dipanjatnya.

"Aik Mayang merupakan sebutan masyarakat Desa Beruas untuk Air Kabung (air pohon Aren) dimana terdapat legenda dibaliknya. Bahkan, berdasar legenda ini, ada proses unik ketika melakukan penyadapan pohon kabung yakni ritual nyanyian atau pantun," jelas bupati.

Konon dalam legenda yang ada di Desa Beruas, dahulu ada seorang gadis bernama Kabung yang bertemu dengan Raja Temanggung kemudian mereka menikah.

Akan tetapi dikarenakan tugas untuk menjaga keamanan menumpas perompak, Raja Temanggung ini harus pergi. Menahan kerinduan sambil menjaga kehamilan 9 bulan, akhirnya Kabung melahirkan seorang putri yang diberi nama Mayang.

Kabung menyampaikan wasiat kepada kakak serta adiknya untuk mengurus Mayang dimana nanti akan tumbuh sebuah pohon, yakni pohon Kabung/Aren, untuk membantu kakak adiknya ini.

"Atas dasar legenda tersebut, maka sampai sekarang masyarakat Desa Beruas tetap melestarikan tanaman aren dan bahkan setiap tahun melakukan upacara ritual adat "Aik Kabung" agar pohon aren mengeluarkan air yang banyak," ujarnya.

Baca Juga: