BOGOR - Perguruan tinggi menjadi penyumbang terbanyak jumlah peneliti di Tanah Air. Banyak para peneliti yang juga berkarier mengajar sebagai dosen di kampus.

"Kita juga perlu menyadari populasi terbesar peneliti itu ada di perguruan tinggi.Peneliti itu hampir semua dosen," kata Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Ainun Naim dalam komunikasi virtual pada acara Diskusi Pendidikan dan Kebudayaan, di Bogor, Jumat (7/5).

Ainun menyebut kondisi tersebut jadi landasan pemfokusan riset dan teknologi agar ada di perguruan tinggi. Meskipun begitu kolaborasi dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) tetap akan dilakukan.

"Namun tetap ada kolaborasi yang dekat dengan BRIN. Misalnya prodi-prodi yang dilaksanakan dengan riset itu penting untuk berkolaborasi dengan sistem, data, index hasil-hasil riset," jelasnya.

Pembenahan Lembaga

Lebih jauh, Ainun mengatakan lembaga-lembaga terkait riset dan inovasi tengah berbenah seiring adanya pengubahan struktur pemerintahan. BRIN sendiri tengah berupaya mengonsolidasikan lembaga-lembaga penelitian.

Dia menekankan pembenahan teesebut tidak akan mengganggu keberlangsungan program riset dan inovsi. Perguruan tinggi juga bisa langsung menjalin kolaborasi dengan lembaga penelitian untuk pengembangan kegiatan riset dan inovasi. "Terkait peleburan ini diharapkan tidak ada jeda yang mengganggu penelitian," jelasnya.

Ainun menerangkan mengenai struktur dan nomenklatur pada Kemendikbudristek masih akan terus dibahas. Peneyelesaian administrasi bakal dikebut guna memperlancar rencana Kemendikbudristek ke depan.

"Yang jelas kegiatan penelitian di mana pun tetap akan berjalan, misal konsorsium vaksin tidak dibatasi oleh lembaganya ada di mana. Konsorsium ya tetap konsorsium, tetap jalan dan melibatkan semuanya," katanya.

Terkait anggaran, Ainun menyebut dana penelitian perguruan tinggi di kementerian sebelumnya akan pindah ke Kemendikbudristek.

Baca Juga: