JAKARTA - Pemerintah Republik Indonesia (RI) menekankan pentingnya inklusivitas dan keadilan dalam upaya transisi energi. Hal itu disampaikan pada acara Working Dinner G20 Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting di Washington DC, Amerika Serikat.

"Seluruh perencanaan iklim masa depan harus memprioritaskan inklusivitas dan keadilan. Memastikan transisi yang adil dan terjangkau juga selaras dengan G20 Transition Finance Framework," kata Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (20/4).

Seperti dikutip dari Antara, Menkeu melanjutkan transisi menuju ekonomi rendah karbon membutuhkan investasi yang sangat besar. Sementara, berdasarkan data United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), terdapat kesenjangan investasi tiap tahunnya sebesar kurang lebih 400 miliar dollar AS untuk mengimplementasikan elemen-elemen esensial dari transisi tersebut.

Dalam konteks itu, Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform hadir sebagai blended finance framework untuk memobilisasi sumber daya keuangan dan dukungan internasional.

"Salah satu pilot project yang sudah berjalan adalah pemensiunan dini Cirebon 1 power plant. Dengan kapasitas 660 megawatt, akan membutuhkan biaya kurang lebih 1,3 miliar dollar AS untuk memensiunkan dini pembangkit listrik ini dalam tujuh tahun ke depan. Namun, proses ini dapat menyelamatkan 28,5 juta ton CO2e," ujar Menkeu.

Kredit Karbon

Pada kesempatan tersebut, Menkeu juga menyoroti kredit karbon yang perlu segera disiapkan, utamanya mengenai selera investasi sektor swasta akan instrumen ini.

Menurutnya, peranan Multilateral Development Bank (MDB), seperti World Bank, ADB, dan AIIB dalam mengoreksi persepsi risiko dan manajemen sangatlah kritikal.

"Tanpa peranan mereka, kita hanya akan bergantung pada pembiayaan publik, baik pada skala nasional maupun global, dan tidak menarik pembiayaan dari sektor swasta sama sekali," tambahnya.

Sebagai co-chair Coalition of Finance Ministers for Climate Action (CFMCA), Menkeu bersama Steven van Weyenberg, Menteri Keuangan Belanda, menyambut baik segala upaya kolaborasi terkait transisi dan solusi permasalahan iklim, termasuk dalam Task Force for the Global Mobilization against Climate Change (TF-CLIMA).

Sebelumnya, Direktur Jenderal Badan Energi Terbarukan Internasional atau International Renewable Energy Agency (Irena), Francesco La Camera, mengatakan transisi energi menjadi hal penting dalam pengambilan kebijakan global saat ini dan jalur energi terbarukan bakal mendukung pembangunan dunia yang berkelanjutan dan lebih adil. Hal ini terjadi karena transisi energi akan merevitalisasi lanskap perekonomian dengan membantu masyarakat keluar dari kemiskinan.

Baca Juga: