Dalam kurun lama, perempuan dipandang sebagai makhluk yang lemah lembut dan berbudi halus. Namun perkembangan zaman, masihkah anggapan ini bisa diterima atau berlaku? Tentu masih banyak wanita yang berperilaku lembut. Namun, dalam kenyataannya tak sedikit pula perempuan yang kini garang, sangar, galak, bahkan sadis.

Kata-katanya kasar, selalu menyebut isi kebun binatang setiap kali marah. Kepada pembantu rumah tangga atau bawahan berperilaku kejam dan tidak manusiawi. Mungkin seperti itulah hasil dari perilaku siswi-siswi SMA di Pontianak yang menghajar siswi SMP, bila kelak mereka menjadi dewasa, entah sebagai ibu rumah tangga atau pimpinan perusahaan.

Sebagaimana banyak diberitakan, tiga siswi SMA Pontianak tega menjambak siswi SMP yang tengah berkendara, sehingga jatuh ke aspal. Tidak hanya sampai di situ, kepala korban juga dibenturkan ke aspal, diinjak, ditendang dan dipukuli. Tindakan tiga siswi ini disaksikan sembilan rekannya. Mereka hanya menonton dan tak mau menghentikan perilaku di luar batas siswi-siswi SMA tersebut. Hingga kini, korban masih dirawat di rumah sakit.

Tak pelak, kasus tersebut menjadi trending topik di media sosial. Bahkan petisi di Change.org telah mencapai 1,8 juta untuk #JusticeForAudrey. Angka ini luar biasa karena hanya beberapa hari langsung melejit. Bahkan, hal ini tidak hanya terjadi di dalam negeri. Artis cantik Bollywood, Kareena Kapoor, pun ambil bagian. Dia ikut prihatin atas kejadian yang menimpa Audrey (14) ini. Dia mendukung lewat #JusticeForAudrey #ProtectOurChildren.

"Kami di sini bersamamu Audrey. Begitu sedih dan menyakitkan mendengar kabar ini," katanya menghibur korban. Kepada masyarakat dia bilang, "Kekerasan terhadap anak kecil itu bukan bahan candaan. Mari kita kirimkan doa ke Audrey dan keluarganya," begitu ungkap Kareena penuh simpati.

Para netizen minta pelaku-pelaku diadili. Sebab, tindakan mereka sudah benar-benar di luar batas. Apalagi korban hanya tempat pelampiasan. Sebab sasaran sesungguhnya adalah sepupu Audrey. Kasus ini dilatarbelakangi kisah asmara, di mana salah satu pelaku adalah mantan pacar pria yang kini berpacaran dengan sepupu Audrey.

Melihat penderitaan korban, netizen marah dan beramai-ramai menggalakkan dukungan agar korban mendapat keadilan. Netizen tidak terima alasan pelaku dan korban sama-sama di bawah umur, sehingga akan diselesaikan secara damai. Netizen tegas-tegas mendesak para pelaku dihukum karena perbuatan ketiganya tak pantas dilakukan para wanita berstatus pelajar.

Banyak kasus kekerasan dilakukan siswi-siswi dan peristiwanya semakin marak. Lihat saja pada Juli 2018, muncul video duel siswi Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Perkelahian di lapangan terbuka itu viral di media sosial. Maret 2018 juga muncul video kekerasan dua gadis belia di Bandar Lampung. Dalam rekaman video terlihat salah seorang di antaranya masih mengenakan seragam sekolah.

Kemudian, video empat siswi SMP Belitung Timur berkelahi di pantai pada Oktober 2018. Januari lalu juga terjadi perkelahian antarsiswi di Merangin, Jambi. Video amatir merekam perkelahian dua siswi SMP di Kabupaten Merangin, Jambi, hanya karena saling mengejek di sekolah.

Jadi, kasus-kasus perkelahian atau kekerasan antarsiswi sekolah harus menjadi perhatian serius Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dulu, sangat jarang ada pelajar perempuan berkelahi. Tapi kini, rupaya "emansipasi" itu telah salah arah. Kaum wanita ikut-ikutan kaum pria, suka berkelahi. Emosi perempuan tak lagi dapat diredam, tapi diwujudkan dengan kekerasan fisik. Di mana kesalahan pendidikan karakter ini, sehingga perempuan gemar berkelahi? Jawablah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan!

Baca Juga: