JAKARTA - Wahana Kreator Nusantara melalui yayasan pendidikannya; Wahana Edukasi, pada akhir tahun ini meluncurkan program 'Perempuan dalam Film'. Program ini menjadi medium inspirasi dan pemberdayaan keterlibatan perempuan secara sistematis dan berkesinambungan dalam dunia perfilman Indonesia.

Program Director Perempuan Dalam Film Orchida Ramadhania mengatakan, program ini diluncurkan bersamaan dengan momen kampanye internasional 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, dan akan dimulai di Surabaya sebelum diadakan di Bali dan Jakarta. Kota Surabaya menjadi pembuka dari rangkaian program ini dan membuka sesi diskusi dengan data-data mengenai industri perfilman dan keterlibatan filmmaker perempuan di dalamnya.

"Keterlibatan perempuan di perfilman Indonesia membawa narasi dan nilai tersendiri yang memperkaya budaya bangsa kita." ujar Orchida dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/12).

Program Perempuan Dalam Film yang hadir perdana di Surabaya ini juga didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, sebagai salah satu bentuk dukungan nyata dalam mewujudkan ekosistem perfilman di Indonesia.

Berlokasi di Fairfield Hotel Surabaya, acara Perempuan Dalam Film menghadirkan Kamila Andini (sutradara 'Gadis Kretek', 'Before, Now, and Then', 'Yuni'), Titien Wattimena (penulis skenario 'Air Mata di Ujung Sajadah'), dan Aline Jusria (editor film 'Like & Share') sebagai perwakilan filmmaker perempuan untuk berdiskusi bersama mengenai peran, suara, dan dampak kehadiran perempuan dalam film.

Para pembicara tersebut membagi kisahnya pada peserta mengenai segudang pengalaman mereka sebagai perempuan yang bergiat di industri film Indonesia dan bagaimana akhirnya bisa menjadi salah satu praktisi yang mewakili profesi utama dalam dunia perfilman Indonesia.

Sementara Kemendikbud mengirimkan perwakilannya dari Pusat Penguatan Karakter (PUPEKA) yaitu Pebi Sukamdani yang merupakan tim pencegahan kekerasan seksual yang membuka ruang diskusi soal ruang aman bagi para perempuan dalam lingkungan bekerja sehingga bisa paham lebih dalam soal isu terkait kekerasan seksual, intoleransi, dan perundungan.

Acara ini dihadiri peserta yang berasal dari lintas komunitas film, mahasiswi jurusan film, kelompok perempuan, dan sekolah vokasi film di Surabaya. Kegiatan perdana di Surabaya ini diharapkan dapat memantik diskusi, kolaborasi, dan dukungan antar pelaku industri agar dapat menciptakan lingkungan lebih inklusif dan mendorong pertumbuhan perempuan dalam dunia perfilman.

Baca Juga: