Keberadaan perpustakaan di perdesaan sangat mendesak. Ini penting untuk mendukung pembangunan SDM di Tanah Air.

JAKARTA - Literasi di Indonesia sangat memprihatinkan, bahkan di perdesaan tengah mengalami kekurangan buku. Kesenjangan pasokan buku juga cukup lebar antara kota dan desa, sehingga keberadaan perpustakaan di perdesaan sangat mendesak untuk mendukung pembangunan sumber daya manusia (SDM).

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Syarief Bando, mengatakan untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemdes PDTT), serta para penerbit maupun penggiat literasi terus membangun sinergitas untuk memastikan masyarakat desa dapat meraih akses yang lebih luas akan buku.

"Indonesia sejatinya tengah kekurangan buku, terutama di daerah perdesaan," kata Syarief, seusai penandatanganan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan tahun 2018 di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional, di Jakarta, Senin (26/3).

Menteri Koordinator Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani, mengatakan frekuansi membaca masyarakat Indonesia rata-rata 3-4 kali per minggu dengan lama membaca per hari rata-rata hanya 30-59 menit. Jumlah buku yang ditamatkan juga hanya

5-9 buku per tahun.

"Artinya, minat membaca harus ditingkatkan, dan kemudian kita harus memperjuangkan agar mereka tertarik membaca," kata Puan.

Meski begitu, Puan menilai akan menjadi sia-sia jika dorongan untuk membaca tidak dibarengi dengan pemberian fasilitas untuk membaca dan mendapatkan buku. Menurut Puan, kegemaran membaca masih sangat kurang, terutama di daerah terpencil dan tertinggal. "Di daerah provinsi dan kabupaten/kota itu pun masih harus ditingkatkan," jelasnya.

Secara umum, situasi literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah ini membutuhkam campur tangan pemerintah, terutama bagaimana mendorong perpustakaan agar lebih mengambil tempat di tengah masyarakat.

Sebab, kata Puan, keberadaan Perpustakaan selain menyediakan sumber bacaan untuk menggali informasi dan pengetahuan, dapat juga dikembangkan untuk memfasilitasi masyarakat dengan berbagai kegiatan pelatihan dan keterampilan berbasis literasi yang bertujuan untuk pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu kuat ini juga harus dapat dimanfaatkan perpustakaan dalam mempercepat diseminasi ilmu pengetahuan dan meningkatkan literasi Indonesia.

"Ke depan, Perpusnas dapat berperan sebagai big data Indonesia, tidak hanya seperi Yahoo ataupun Google sebagai mesin pencari, tapi juga menyediakan platform data dan analisanya," kata Puan.

Bangun SDM

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo, menilai literasi di perdesaan menjadi hal yang sangat penting untuk pembangunan SDM Indonesia, terutama di perdesaan, sumber-sumber bacaan yang bersifat penunjang keterampilan dan keahlian masyarakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas masyarakat desa.

"Nah, itu kita fasilitasi buku-buku tentang life skill sangat membantu sekali pada peningkatan pengetahuan dan pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan, pada pendapatan, dan produktivitas masyarakat desa," kata Eko.

Untuk itu, Eko menegaskan bahwa dana desa juga dapat digunakan untuk membangun perpustakaan. "Dana desa bisa digunakan untuk bangun perpustakaan di desa-desa. Perpustakaan yang ada di desa bukan hanya fisikal, tapi kita sediakan dalam bentuk digital. Desa-desa yang infrastrukturnya sudah cukup, kita bantu dengan penyediaan buku-buku," tambahnya. cit/E-3

Baca Juga: