Sarung tangan elektronik, atau e-glove, yang dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Perdue, Indiana, Amerika Serikat, dapat digunakan pada kondisi tangan palsu.

Untuk memberikan tampilan dan persepsi yang menyerupai kulit manusia pada umumnya, ilmuwan mengembangkan sarung tangan elektronik. Perangkat ini punya kemampuan yang juga nyaris serupa seperti kemampuan merasakan tekanan, suhu hingga hidrasi.

Seseorang yang tangannya terpaksa harus diamputasi, mengalami tantangan yang cukup sulit dalam menjalani aktifitas keseharianya. Seringkali mereka, terpaksa menggunakan bantuan tangan buatan atau layanan prostetik seumur hidup.

Sebuah sarung tangan elektronik atau e -glove yang dikembangkan oleh para peneliti Universitas Purdue ini dapat dikenakan pada tangan palsu untuk memberikan kelembutan, kehangatan, penampilan dan persepsi indra seperti manusia, seperti kemampuan untuk merasakan tekanan, suhu, dan hidrasi. Sementara tangan prostetik konvensional membantu memulihkan mobilitas, e-glove baru memajukan teknologi dengan menawarkan fitur seperti tangan manusia yang realistis dalam kegiatan sehari-hari.

Teknologi ini memiliki potensi besar untuk membantu seseorang dengan amputasi tangan untuk menjalani hari-harinya atau beraktifitas, teknologi ini juga diharapkan mampu meningkatkan kesehatan mental. Sementara dari sisi kesejahteraan, teknologi ini juga membantu mereka berintegrasi dalam konteks sosial tanpa hambatan lagi.

E-glove menggunakan sensor elektronik yang tipis dan fleksibel serta chip sirkuit berbasis silikon mini pada sarung tangan nitril yang tersedia secara komersial. Sarung tangan elektronik terhubung ke jam tangan yang dirancang khusus, memungkinkan untuk menampilkan data sensorik dan transmisi jarak jauh secara real-time kepada pengguna untuk pemrosesan pasca-data.

Chi Hwan Lee, asisten profesor di Purdue's College of Engineering, bekerja sama dengan peneliti lain di Purdue, University of Georgia dan University of Texas. Mereka bekerja pada pengembangan teknologi e-glove.

"Kami mengembangkan konsep awal tentang e-glove yang dikemas dengan lembut dengan sensor yang dibangun di atas sarung tangan nitril komersial, yang memungkinkannya untuk secara mulus menempel pada bentuk tangan," kata Lee.

"Sarung tangan elektronik ini dikonfigurasikan dengan bentuk sensor multimodal yang dapat direnggangkan untuk mengumpulkan berbagai informasi seperti tekanan, suhu, kelembaban, dan biosignal elektrofisiologi, sementara secara bersamaan memberikan kelembutan, penampilan, dan bahkan kehangatan seperti tangan manusia yang real," kata Lee.

Lee dan timnya berharap bahwa penampilan dan kemampuan e-glove akan meningkatkan kesejahteraan pengguna tangan palsu dengan memungkinkan mereka merasa lebih nyaman dalam konteks sosial. Sarung tangan tersedia dalam berbagai warna kulit, memiliki sidik jari dan kuku buatan seperti aslinya.

"Calon pengguna kami pada akhirnya adalah para pengguna tangan palsu yang merasa tidak nyaman menggunakan tangan palsu yang ada saat ini, terutama dalam konteks sosial mereka," kata Lee. Proses pembuatan e-glove hemat biaya dan dapat diproduksi dalam volume tinggi, menjadikannya pilihan yang terjangkau bagi pengguna, tidak seperti teknologi yang muncul lainnya dengan kontrol pikiran, suara, dan otot yang tertanam dalam prostetik dengan biaya tinggi.

Selain itu, teknologi yang ada saat ini juga tidak menyediakan fitur mirip manusia yang disediakan e-glove. Lee dan Min Ku Kim, seorang mahasiswa doktoral teknik di Purdue dan seorang penulis lainnya telah bekerja untuk mematenkan teknologi tersebut. Tim mencari mitra untuk berkolaborasi dalam uji klinis atau ahli di bidang prosthetics untuk memvalidasi penggunaan e-glove dan untuk terus mengoptimalkan desain sarung tangan.

nik/berbagai sumber/E-6

Baca Juga: