Garis Wallace merupakan garis imajiner penghalang biogeografis antara bagian timur dan baratnya. Penelitian terbaru menemukan hal itu akibat terpisahnya lempeng Indo-Australia dengan Antartika, lalu menabrak lempeng Euro Asia yang membentuk kepulauan Melayu.

Garis Wallace merupakan garis imajiner penghalang biogeografis antara bagian timur dan baratnya. Penelitian terbaru menemukan hal itu akibat terpisahnya lempeng Indo-Australia dengan Antartika, lalu menabrak lempeng Euro Asia yang membentuk kepulauan Melayu.

Wallacea adalah wilayah daratan dan lautan seluas 338 ribu kilometer persegi yang penuh keajaiban dan keunikan. Wilayah ini membentang dari Pulau Lombok dan Sulawesi di sebelah baratnya sampai Kepulauan Maluku di timur.

Di utara, Wallacea membentang dari Kepulauan Talaud di Provinsi Sulawesi Utara hingga Kabupaten Rote Ndao di Provinsi Nusa Tenggara Timur di selatan. Batas-batas tersebut digambarkan dalam garis imajiner yang disebut Wallacea Line.

"Garis imajiner itu telah ada sejak jutaan tahun lalu setelah tabrakan benua memicu perubahan iklim ekstrem yang berdampak pada spesies di setiap sisi pemisah dengan cara yang berbeda," ungkap sebuah studi baru.

Batas tersebut, yang dikenal sebagai Garis Wallace, merupakan penghalang biogeografis yang pertama kali dipetakan pada tahun 1863 oleh naturalis dan penjelajah Inggris Alfred Russel Wallace, yang terkenal mengusulkan teori evolusi melalui seleksi alam pada saat yang sama dengan Charles Darwin.

Wallacea dihuni oleh berbagai jenis hewan dan tumbuhan campuran dari wilayah Asia dengan Australia dan Papua. Ada ratusan jenis burung, mamalia kecil dan sedang, primata, reptil, dan tumbuhan-tumbuhan di wilayah ini. Sebagian di antaranya adalah spesies endemik alias tidak akan ditemui di daerah lainnya.

Spesies unik seperti komodo, anoa, tarsius, babi rusa, hingga lebah raksasa, merupakan spesies asli penghuni pulau-pulau yang tersebar di Wallacea. Ini belum dihitung dengan kekayaan laut di Wallacea yang termasuk dalam kawasan Segitiga Karang Dunia (Coral Triangle) yang merupakan wilayah dengan keanekaragaman makhluk perairan yang luar biasa.

Wallace sendiri merupakan orang yang pertama kali menjelajahi keanekaragaman hayati di wilayah ini. Dia membukukan catatan perjalanan bersama ratusan asistennya dalam buku berjudul Malay Archipelago atau Kepulauan Melayu.

Dalam perjalanannya melintasi Kepulauan Melayu yang terdiri atas rangkaian lebih dari 25.000 pulau antara Asia tenggara dan Australia, serta yang meliputi negara-negara modern seperti Filipina, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, dan Singapura, Wallace memperhatikan bahwa spesies yang ditemuinya berubah drastis melewati titik tertentu. Titik ini kemudian menjadi batas Garis Wallace.

Di sisi Asia dari garis tersebut, makhluk-makhluk tersebut secara eksklusif berasal dari Asia. Namun, di sisi Australia dari batas tersebut, hewan-hewan merupakan campuran keturunan Asia dan Australia, hingga selama lebih dari satu abad, distribusi spesies yang asimetris di sepanjang Garis Wallace membingungkan para ahli ekologi.

Sesuatu terjadi yang memungkinkan spesies Asia bergerak ke satu arah tetapi mencegah spesies Australia bergerak ke arah sebaliknya, tetapi tidak jelas apa itu. Namun dalam beberapa tahun terakhir, muncul teori baru yang para peneliti kini meyakini bahwa distribusi spesies yang tidak merata di sepanjang Garis Wallace disebabkan oleh perubahan iklim ekstrem yang diakibatkan oleh aktivitas tektonik sekitar 35 juta tahun lalu, ketika Australia memisahkan diri dari Antartika dan menabrak Asia, sehingga melahirkan Kepulauan Melayu.

Dampak Iklim

Yang terbaru tentang Wallacea dan Garis Wallace adalah para peneliti kini memahami mengapa terdapat distribusi spesies hewan yang tidak merata di kedua sisi batas misterius tersebut untuk menjawab teka-teki lama tentang garis evolusi raksasa lebih dari 160 tahun setelah batas tersebut pertama kali dibuat.

Dalam studi baru yang dipublikasikan pada 6 Juli 2023 di jurnal Science, para peneliti menggunakan model komputer untuk mensimulasikan bagaimana hewan terpengaruh oleh dampak iklim yang dipicu oleh tumbukan benua.

Model tersebut memperhitungkan kemampuan penyebaran, preferensi ekologi, dan keterkaitan evolusi lebih dari 20.000 spesies yang ditemukan di kedua sisi Garis Wallace. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies Asia jauh lebih cocok untuk hidup di Kepulauan Melayu pada saat itu.

Perubahan iklim utama pada saat itu tidak disebabkan oleh pergerakan benua itu sendiri, melainkan oleh dampaknya terhadap lautan Bumi.

"Ketika Australia menjauh dari Antartika, Australia membuka area laut dalam di sekitar Antartika yang sekarang menjadi tempat Arus Lingkar Kutub Antartika (Antarctic Circumpolar Current/ACC) berada," kata penulis utama studi Alex Skeels, seorang ahli biologi evolusi di Universitas Nasional Australia, dalam sebuah pernyataan.

ACC, yang mengelilingi Antartika, adalah arus laut terbesar di dunia dan terus memainkan peran penting dalam mengatur iklim Bumi saat ini.

"Hal ini secara dramatis mengubah iklim Bumi secara keseluruhan; membuat iklim menjadi jauh lebih dingin," tutur Skeels.

Model baru tersebut mengungkapkan bahwa perubahan iklim tidak mempengaruhi semua spesies secara merata. Iklim di Asia tenggara dan Kepulauan Melayu yang baru terbentuk tetap jauh lebih hangat dan basah daripada di Australia, yang telah menjadi dingin dan kering.

Akibatnya, makhluk-makhluk di Asia beradaptasi dengan baik untuk hidup di Kepulauan Melayu dan menggunakannya sebagai "batu loncatan" untuk bergerak menuju Australia, kata Skeels. "Namun ini tidak berlaku untuk spesies Australia," ucap Skeels. "Mereka berevolusi di iklim yang lebih dingin dan semakin kering dari waktu ke waktu dan, oleh karena itu, kurang berhasil mendapatkan pijakan di pulau-pulau tropis dibandingkan dengan makhluk yang bermigrasi dari Asia," imbuh dia.

Para peneliti berharap model mereka dapat digunakan untuk memperkirakan bagaimana perubahan iklim masa kini akan mempengaruhi spesies yang masih hidup. "(Model ini dapat) membantu kita memprediksi spesies mana yang mungkin lebih ahli dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, karena perubahan iklim Bumi terus mempengaruhi pola keanekaragaman hayati global," kata Skeels.

Para peneliti tersebut menyimpulkan distribusi spesies yang tidak merata di sepanjang Garis Wallace disebabkan oleh perubahan iklim ekstrem yang diakibatkan oleh aktivitas tektonik sekitar 35 juta tahun lalu. Saat itu Australia memisahkan diri dari Antartika dan menabrak Asia, sehingga melahirkan Kepulauan Melayu. hay/I-1

Baca Juga: