JAKARTA - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti berharap perbankan bisa menawarkan suku bunga yang atraktif untuk mempertahankan dolar AS di dalam negeri, pasalnya mata uang negeri Paman Sam itu saat ini sedang langka di hampir seluruh negara dunia.

"Kita sedang bersaing dengan banyak negara-negara lain yang juga berusaha untuk menarik dolar AS, karena memang saat ini sedang terjadidolar shortageatau kelangkaan dolar di berbagai negara pasar berkembang bahkan negara maju," kata Destry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan November 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (17/11).

Menurut dia, potensi dana yang masuk ke Indonesia dalam bentuk dolar AS sebenarnya cukup besar. Namun potensi tersebut tentunya perlu ditarik dengan suku bunga yang menarik agar dolar AS tersebut bertahan lama di Tanah Air.

Dengan demikian, BI akan terus berdiskusi dengan perbankan mengenai cara agar dana di neraca perdagangan, hingga investasi asing langsung yang berbentuk dolar AS bisa tetap bertahan di perbankan domestik.

Destry menjelaskan kelangkaan dolar AS terjadi karena suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed serta imbal hasil (yield) obligasi AS terus mengalami peningkatan. Kondisi tersebut mendorong terjadinya arus balik dolar AS dari beberapa negara pasar berkembang, termasuk Indonesia, bahkan negara maju di Eropa.

Hal tersebut pada akhirnya tercermin dari indeks dolar AS, yang merupakan perbandingan dolar AS terhadap mata uang utama, terus mengalami penguatan.

Di Indonesia, kelangkaan dolar AS antara lain terlihat dari celah pertumbuhan kredit valuta asing (valas) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) valas yang cukup tinggi, yakni 11 persen dengan 2 persen, seiring pula dengan depresiasi rupiah.

"Namun secara keseluruhan celah pembiayaan antara DPK dan kredit valas sudah mulai membaik" katanya.

Ia menyebutkan hal itu lantaran tidak semua dana pembiayaan valas perbankan bersumber dari DPK. Tetapi, ada pula dari non DPK yang mengalami pertumbuhan pesat, seperti dalam bentuk pinjaman dan repo.

Kendati demikian, BI tetap berharap ke depannya terdapat banyak dana asing masuk ke Indonesia, terutama dalam bentuk dolar AS. Apalagi, di triwulan III-2022 mulai terdapat kenaikan masuknya investasi asing langsung sebesar 63 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), serta surplus neraca dagang yang mencapai 45 miliar dolar AS.

Baca Juga: