Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berkomunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin via telepon pada Minggu (6/3). Erdogan berpesan kepada orang nomor satu di Rusia untuk mengakhiri serangan yang dilancarkan ke Ukraina.

"Gencatan senjata umum mendesak dilakukan. Ini akan mempermudah menemukan solusi politik dan menanggapi masalah kemanusiaan," kata Erdogan dikutip dari The Moscow Times, Senin (7/3).

Erdogan juga meminta Putin mengizinkan koridor kemanusiaan di Ukraina. Ini bertujuan untuk warga sipil yang mengungsi akibat invasi yang dilakukan Rusia.

"Hal itu dapat membuka jalan perdamaian bersama," ucapnya.

Seperti diketahui, Rusia mulai menggencarkan serangan ke Ukraina sejak 24 Februari lalu. Erdogan juga beberapa kali telah menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah bagi Rusia dan Ukraina untuk melakukan pembicaraan.

"Turki siap membantu menyelesaikan situasi dengan 'cara damai' sesegera mungkin," ujar Erdogan dikutip dari Anadolu Agency.

Perang antara Rusia dan Ukraina memang berdampak bagi beberapa komoditas salah satunya harga minyak yang menjulang tinggi. Ini menjadi kerugian bagi Turki.

Akibat kenaikan tersebut, Turki mengalami lonjakan inflasi. Tercatat, inflasi Turki mencapai 4,81 persen per Februari.

Sehingga, jika diakumulasikan sejak Februari 2021, Turki telah mencatat inflasi yang melonjak hingga 54,44 persen. Level tersebut menjadi yang tertinggi selama 20 tahun terakhir.

Meski menjadi anggota NATO, Turki diketahui tetap memiliki hubungan baik dengan Rusia. Hubungan keduanya mulai menghangat saat Ankara membeli sistem peluru kendali S.400, yang membuatnya tegang dengan Amerika Serikat (AS).

Akibat serangan Rusia sejak 24 Februari lalu, saat ini tercatat 351 warga sipil, termasuk 22 anak-anak dan 41 wanita tewas, dan 707 oran lainnya terluka. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, jumlah korban akibat perang antara Rusia dan Ukraina dikhawatirkan lebih tinggi dari jumlah tersebut.

Baca Juga: