LEBANON - Invasi Russia ke Ukraina tidak saja menimbulkan tragedi kemanusiaan terhadap warga Ukraina dan negara-negara tetangganya, tetapi juga pasokan pangan dan mata pencaharian warga di Eropa, Afrika dan Asia.

Tank-tank dan rudal-rudal Russia yang mengepung Ukraina juga mengancam pasokan pangan dan mata pencaharian orang-orang di Eropa, Afrika, dan Asia yang bergantung pada lahan pertanian yang luas di wilayah Laut Hitam. Lahan subur itu dikenal sebagai "keranjang roti atau sumber pangan dunia."

Petani Ukraina telah dipaksa untuk meninggalkan ladang-ladang mereka sementara jutaan orang melarikan diri, melawan, atau mencoba bertahan hidup. Pelabuhan-pelabuhan yang mengirim gandum dan makanan pokok lain ke seluruh dunia ditutup. Dan ada kekhawatiran ekspor bahan makanan pokok Russia, yang seperti Ukraina adalah produsen bahan pangan, kemungkinan dibatalkan oleh sanksi Barat.

Seperti dikutip dari VoA, meskipun belum ada gangguan global terhadap pasokan, harga gandum telah naik, mencapai rekor tertinggi di tengah kekhawatiran akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

"Jika perang berkepanjangan, negara-negara yang bergantung pada ekspor gandum murah dari Ukraina bisa menghadapi kekurangan mulai Juli nanti," kata Dewan Bahan Makanan Pokok Internasional, baru-baru ini.

Jika itu terjadi, akan timbul kerawanan pangan dan semakin banyak orang terjerumus ke kemiskinan di tempat-tempat seperti Mesir dan Lebanon, di mana makanan didominasi oleh roti yang disubsidi pemerintah. Di Eropa, kenaikan biaya untuk pakan ternak bisa berarti harga daging dan susu lebih mahal.

Kepala Sindikasi Importir Gandum di Lebanon, Ahmed Hoteit mengatakan, 80 persen gandum di Lebanon diimpor dari Ukraina. Lebanon mengkonsumsi antara 6.200-6.300 ton gandum per tahun.

"Tahun lalu kami mengimpor 5.200 ton gandum dari Ukraina dan sisanya dari Russia, Moldova, dan Rumania. Tentu saja kami akan terpengaruh oleh krisis ini. Sejak awal perang, kami telah berbicara dengan menteri ekonomi, perdana menteri, gubernur Bank Sentral untuk menemukan mekanisme baru guna mempercepat proses mencari alternatif impor dari negara-negara lain seperti Rumania, Serbia, Hongaria, dan Bulgaria," tuturnya.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Russia dan Ukraina secara bersama-sama menyumbang sekitar sepertiga dari ekspor gandum dan jelai dunia. Ukraina adalah pengekspor gandum terbesar kelima di dunia, dengan pangsa pasar global 10 persen. Negara itu juga merupakan pemasok utama jagung, dan terdepan di dunia dalam minyak bunga matahari. Perang bisa mengurangi pasokan pangan tepat ketika harga berada di level tertinggi sejak 2011.

Kepala ekonomi di Program Pangan PBB WFP Arif Husain mengatakan, saat ini sekitar 30 persen gandum berasal dari Russia dan Ukraina.

"Dua puluh persen jelai berasal dari kedua negara ini. Dan sekitar delapan puluh persen minyak bunga matahari juga berasal dari kedua negara ini. Jadi dampak krisis ini akan mendunia," ujarnya.

Konflik yang berkepanjangan akan berdampak besar sekitar 2.400 kilometer jauhnya di Mesir, pengimpor gandum terbesar di dunia. Jutaan orang bergantung pada roti bersubsidi yang terbuat dari gandum Ukraina untuk bertahan hidup, dengan sekitar sepertiga penduduk negara itu hidup dalam kemiskinan. Lonjakan tajam harga gandum secara global bisa sangat mempengaruhi kemampuan Mesir untuk menjaga harga roti pada tingkat yang disubsidi saat ini.

Sementara itu, Lebanon berusaha keras menutupi perkiraan kekurangan gandum karena selama ini 60 persen gandumnya dipasok dari Ukraina. Negara itu sedang dalam pembicaraan dengan Amerika, India, dan Kanada untuk mendapatkan sumber lain.

"Negara-negara ini merupakan bagian dari kawasan Laut Hitam yang kini ditutup dan melarang impor semua persediaan makanan mereka untuk melindungi kepentingan nasional mereka sendiri. Saat ini, alternatifnya akan datang dari mana? Tampaknya dari Eropa, maksud kami dari Prancis dan Jerman," jelas Ahmed Hoteit.

Bahkan sebelum pecah perang, kemungkinan imbasnya terhadap pasokan gandum tampak di negara-negara sub-Sahara Afrika yang paling padat penduduknya. Negara-negara Afrika mengimpor produk pertanian bernilai 4 miliar dollar AS dari Russia pada 2020, dan sekitar 90 persen adalah gandum.

Gangguan itu bisa dirasakan hingga ke Indonesia, di mana gandum digunakan untuk membuat mi instan, roti, makanan gorengan, dan berbagai camilan.

Ukraina adalah pemasok gandum terbesar kedua di Indonesia tahun lalu, dengan 26 persen dari gandum yang dikonsumsi. Naiknya harga mi, pada gilirannya, akan merugikan masyarakat berpenghasilan rendah.

Baca Juga: