Kenaikan harga beras yang terjadi di sejumlah daerah diperkirakan terjadi akibat cuaca ekstrem pada 2023 lalu dan naiknya harga gabah.

MALANG - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan salah satu penyebab adanya kelangkaan dan mahalnya harga beras yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dipicu akibat naiknya harga gabah di semua sentra produksi.

Terhitung dari awal tahun hingga bulan kedua Februari ini Bulog sudah menggelontorkan puluhan ribu ton beras Operasi Pasar demi menjaga harga beras di pasaran agar tidak terjadi lonjakan.

Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya menyatakan keberadaan Perum Bulog memiliki peran penting untuk stabilisasi harga beras yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami kenaikan.

Seperti dikutip dari Antara, peneliti senior PPKE FEB Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, di Kota Malang, Jawa Timur, Senin (19/2), berpendapat dalam jangka pendek, pemerintah melalui Perum Bulog harus meningkatkan pasokan komoditas tersebut di pasar rakyat melalui operasi pasar terbuka.

"Karena cadangan Bulog sekitar 1,4 juga ton beras dan cukup untuk program stabilisasi harga beras," kata Joko Budi.

Joko Budi menjelaskan setelah melakukan operasi pasar terbuka yang diharapkan mampu menekan harga komoditas penting itu, Perum Bulog juga harus mampu memperkuat stok beras dengan melakukan penyerapan saat musim panen raya pada Maret 2024.

Menurutnya, penguatan serapan beras dari tingkat petani oleh Perum Bulog tersebut perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga khususnya pada saat memasuki bulan Ramadan dan menjelang perayaan Idul Fitri 1445 Hijriah.

"Bulog dapat kembali memperkuat stok beras dengan menyerap lebih banyak saat musim panen. Hal ini perlu dilakukan untuk stabilisasi harga pada Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri," katanya.

Ia menambahkan, program yang bisa diperkuat adalah dengan melanjutkan modernisasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan realisasi food estate, diversifikasi pangan, dan penguatan ketahanan pangan keluarga melalui urban farming.

"Selain itu juga pemanfaatan lahan pekarangan untuk pangan lestari," tuturnya.

Kenaikan harga beras yang terjadi selama beberapa waktu tersebut, lanjutnya, diperkirakan terjadi akibat cuaca ekstrem pada 2023 yang memberikan dampak terhadap produksi. Selain itu, sejumlah negara juga membatasi ekspor komoditas tersebut.

"Situasi ini ditambah dengan peningkatan daya beli masyarakat karena gelontoran bansos dan dana kampanye pileg maupun pilpres. Fluktuasi harga beras dan sejumlah komoditas pangan ini diperkirakan akan normal kembali pada Maret seiring dengan musim panen padi," tambahnya.

Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jawa Timur, harga rata-rata beras kualitas premium di Jawa Timur pada awal Januari tercatat sebesar 13.884 rupiah per kilogram, dan kemudian naik menjadi 15.055 rupiah per kilogram pada pertengahan Februari 2024.

Terus Pantau

Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa pemerintah belum berencana merevisi harga eceran tertinggi (HET) beras meskipun harga beras saat ini cukup tinggi utamanya beras premium.

"Belum ada rencana untuk merevisi (HET beras), belum ada," kata Zulkifli di sela-sela peninjauan harga beras di Transmart Mall Kota Kasablangka Jakarta, Senin.

Mendag Zulkifli menjawab pertanyaan awak media mengenai apakah ada kemungkinan revisi HET beras, dengan tegas ia menyatakan bahwa belum ada permintaan revisi dan rencana untuk melakukan hal tersebut.

Pemerintah terus memantau perkembangan harga beras di pasaran dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasar. Namun, untuk saat ini, belum ada keputusan untuk merevisi HET beras.

Baca Juga: