JAKARTA - Para pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini dari Ukraina, Rusia, dan Belarus menyatakan visi mereka tentang dunia yang lebih adil dalam upacara penghargaan pada Sabtu (10/12). Mereka juga mengecam perang yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina.

Disiarkan VOA, Minggu (11/12), Oleksandra Matviichuk dari Pusat Kebebasan Sipil Ukraina mengecam seruan untuk kompromi politik yang akan memungkinkan Rusia mempertahankan beberapa wilayah Ukraina yang dianeksasi secara ilegal. Dia mengatakan bahwa "memperjuangkan perdamaian tidak berarti menyerah pada tekanan agresor, itu berarti melindungi orang-orang dari kekejamannya."

"Perdamaian tidak bisa dicapai oleh negara yang diserang dengan meletakan senjata," ujarnya. Suaranya bergetar dengan emosi. "Itu namanya bukan perdamaian, tapi pendudukan."

Matviichuk kembali menyerukan bahwa Putin - dan Presiden Belarus Alexander Lukashenko, yang menyediakan wilayah negaranya bagi pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina - harus menghadapi pengadilan internasional.

"Kita harus membuktikan bahwa supremasi hukum dan keadilan itu ada, meski tertunda," katanya.

Matviichuk dinobatkan sebagai salah seorang pemenang Nobel Perdamaian 2022 bersama kelompok HAM Rusia Memorial, dan Ales Bialiatski, pemimpin kelompok HAM Belarus Viasna. Pada Sabtu (10/12), Hadiah Nobel lainnya dianugerahkan dalam sebuah upacara di Stockholm.

Baca Juga: