MAE SAI - Lima tahun lalu, Duangphet Promthep, bersama 11 rekannya anggota tim sepak bola remaja Thailand, lolos dari maut setelah 17 hari terjebak di dalam jaringan goa bawah tanah yang terendam banjir. Penyelamatan mereka menjadi drama global, menyedot perhatian dunia dengan melibatkan ratusan tenaga profesional, termasuk satu korban jiwa dari mantan anggota pasukan katak Thailand yang kehabisan oksigen dalam upaya heroik itu.

Namun takdir tidak bisa ditolak. Pihak keluarga dan Yayasan Zico, sebuah kelompok nirlaba Thailand yang membantunya memenangkan beasiswa akademi sepak bola di Inggris, mengumumkan bahwa Dom, begitu dia dipanggil oleh teman-temannya, meninggal pada Selasa (14/2).

Di Instagram, dia menyebut raihan beasiswanya di Akademi Sepak Bola Brooke House College, Leicestershire, sekitar 75 mil barat laut London itu sebagai "momen penting" dalam hidup.

"Hari ini impian saya menjadi kenyataan," kata Dom, Agustus tahun lalu

"Saya berjanji akan fokus dan melakukan yang terbaik," tulisnya saat itu, kemudian mengunggah foto kelas dan halaman sekolahnya.

Dilaporkan oleh The New York Times, tidak ada informasi jelas soal penyebab kematian remaja berusia 17 tahun itu. Kiatisuk Senamuang, pendiri Yayasan Zico, mengatakan kepada wartawan bahwa seorang guru menemukan siswa tersebut tidak sadarkan diri di kamar asramanya pada hari Minggu sore. Dia meninggal di rumah sakit.

"Kami sedang menunggu jenazahnya kembali," kata ibunya, Thanaporn Duangthep, dalam konferensi pers virtual dari kota Mae Sai, di Thailand utara. Putranya, katanya, setidaknya telah mewujudkan mimpinya menjadi siswa sepak bola di luar negeri.

Remaja itu menjadi sorotan internasional lima tahun lalu sebagai salah satu dari 12 anak laki-laki yang berkelana ke Gua Tham Luang di Provinsi Chiang Rai bersama dengan pelatih mereka setelah latihan sepak bola.

Hujan deras memenuhi lorong masuk gua, memaksa kelompok itu masuk lebih dalam ke dalam lorong bawah tanah yang rumit untuk menghindari tenggelam dan membuat mereka terjebak. Mereka bertahan hidup dengan menghemat energi dan menjilat air dari dinding gua.

"Di bawah tanah yang gelap, Dom merayakan ulang tahunnya yang ke-13," kata Vernon Unsworth, salah satu anggota tim penyelamat.

Penyelamatan mereka melibatkan sejumlah ahli penyelam gua dari seluruh dunia, Angkatan Laut Thailand, US Navy Seals, dan pekerja dari beberapa lembaga pemerintah, serta pompa berkekuatan besar untuk mengeluarkan air dari gua.

Usaha penyelamatan dipuji sebagai prestasi luar biasa mengingat tim penyelamat berlomba dengan waktu, musim hujan menpercepat ketinggian air dalam gua terus naik, sementara hanya sedikit penyelam terampil yang mampu mencapai lokasi.

Kala itu, seorang ahli selam gua dari Inggris harus membius para remaja ini agar tidak panik ketika dikeluarkan dengan cara menyelam selama empat jam dalam jaringan gua yang sempit dan gelap.

Tim penyelam menggunakan tali pemandu dan tangki udara yang ditempatkan di sepanjang rute berbahaya sepanjang dua mil jaringan gua. Seluruh remaja dan pelatihnya selamat, tetapi Saman Gunan, sukarelawan penyelam tewas ketika dia kehilangan kesadaran setelah melakukan perjalanan untuk menempatkan tangki udara di sepanjang rute.


Pihak sekolah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka sangat terpukul dengan kematian Dom. "Kami bersatu dalam kesedihan dengan semua keluarga Dom, teman, mantan rekan satu tim, dan mereka yang terlibat di semua bagian hidupnya," katanya.

Sekolah menambahkan bahwa pihaknya telah menghubungi Kedutaan Besar Thailand di London tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.

Seorang juru bicara kepolisian Leicestershire mengatakan bahwa petugas telah dipanggil ke sekolah pada Minggu sore, dan seorang siswa berusia 17 tahun meninggal setelah dibawa ke rumah sakit. Kematian itu, kata mereka dalam sebuah pernyataan, tidak dianggap mencurigakan.

Mantan rekan setim Dom mengungkapkan duka secara online, atas masa depan yang Dom yang terputus. Mereka menggambarkan Dom telah memberi motivasi untuk mengejar ambisi mereka dalam olahraga.

Mereka mengatakan, Dom bercita-cita bermain untuk tim nasional Thailand.

"Ketika kita bertemu terakhir kali sebelum berangkat ke Inggris, saya masih bercanda mengatakan kepadanya bahwa saya harus mendapatkan tanda tangan ketika kamu kembali," kata Prachak Sutham, yang juga merupakan penyintas dari gua.

"Beristirahatlah dengan tenang temanku, akan selalu ada 13 dari kita," tulisnya di media sosial.

"Jika kehidupan selanjutnya adalah nyata, saya berharap kita akan bermain sepak bola bersama sebagai satu tim lagi," ujar rekan setim lainnya, Chanin Viboonrungruang.

"Hal yang menyedihkan adalah dia diberi kesempatan yang dia inginkan dalam hidup dan sekarang nyawanya tiba-tiba diambil di usia yang sangat muda," kata Unsworth, salah satu penyelamat.

Baca Juga: