» Serapan anggaran di daerah itu masalah klasik yang hingga saat ini belum bisa diselesaikan dengan baik.

» Maksimalkan sektor produksi, ekspor barang dan jasa agar pertumbuhan tidak bergantung pada konsumsi.

JAKARTA - Harapan berbagai kalangan pada kinerja perekonomian pada 2021 lalu hampir semuanya meleset. Baik Pemerintah, maupun pemerhati ekonomi memperkirakan ekonomi Indonesia bakal tumbuh di atas 4 persen karena pada tahun sebelumnya mengalami koreksi atau minus 2,07 persen.

Dengan koreksi pada 2020, semestinya pertumbuhan ekonomi pada 2021 bisa tumbuh lebih tinggi karena secara teknikal, ekonomi sudah mulai pulih meskipun masih diselimuti berbagai faktor ketidakpastian, baik dari eksternal atau global maupun dari internal atau dalam negeri.

Lebih rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada 2021 yang hanya tercatat 3,7 persen dinilai karena ada mesin pertumbuhan yang tidak berjalan dengan baik.

Peneliti Ekonomi Core, Yusuf Rendi Manilet, di Jakarta, Rabu (5/1), mengatakan penyerapan anggaran baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus lebih dioptimalkan lagi.

Hal itu agar bisa mengejar target pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun lalu misalnya, target pertumbuhan ekonomi meleset di angka 3,7 persen. Kondisi itu tidak terlepas dari minimnya serapan belanja negara serta masih bergantungnya pertumbuhan pada konsumsi.

"Serapan anggaran di daerah itu masalah klasik yang hingga saat ini belum bisa diselesaikan dengan baik sehingga kontribsui belanja pemerintah belum optimal," kata Rendi.

Ia menjelaskan belanja pemerintah seharusnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dengan proporsi yang lebih tinggi, tetapi beberapa masalah klasik kerap jadi tantangan.

Pencapaian pada tahun lalu, jelasnya, memang belum sesuai ekspektasi karena pada triwulan III, perekonomian Indonesia terdampak dari gelombang kedua Covid-19, dan mendorong perlambatan perekonomian di kuartal III, setelah sebelumnya pada kuartal II telah tumbuh cukup signifikan.

Core sendiri memproyeksikan di sepanjang 2021, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 3,6 sampai 4 persen. Sementara di kuartal IV, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5 sampai 6 persen. Hal ini ditandai dengan beragam indikator utama yang menunjukkan perbaikan perekonomian di kuartal IV, seperti indeks penjualan riil, kepercayaan konsumen, hingga Purchasing Managers Index (PMI) yang menunjukkan level perbaikan dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Apakah kemudian bisa lebih tinggi, saya kira bisa, tetapi variasi pertumbuhannya memang akan maksimal berada di kisaran 4 persen. Salah satu faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sedikit lebih tinggi dari yang diproyeksikan pemerintah ada pada belanja pemerintah," katanya.

Tidak Tepat Sasaran

Sementara itu, Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi, menegaskan pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebenarnya masih bisa lebih maksimal jika kebijakan pemerintah untuk mendorong pemulihan sektor riil yang terdampak pendemi berjalan dengan baik. Publik tahu, kebijakan itu kurang optimal karena kurang tepat sasaran.

Optimisme pertumbuhan ekonomi 4,5-5,5 persen sedari awal sudah dinilai terlalu optimis. Apalagi, di tengah situasi pandemi yang menyebabkan kondisi perekonomian dunia juga mengalami masalah serius. "Optimisme itu boleh saja, asal ada ukuran yang jelas," katanya.

Pemerintah harus fokus menangani percepatan pemulihan ekonomi sektor riil, terutama usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Badiul juga berharap agar pertumbuhan ekonomi tidak bergantung pada konsumsi. Sektor produksi, ekspor barang dan jasa masih bisa dimaksimalkan untuk mengurangi ketergantungan pada sektor konsumsi.

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 mencapai 3,7 persen. Angka tersebut di bawah asumsi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2021 yang sebesar 5 persen.

Meski pada kuartal II-2021, perekonomian telah tumbuh tinggi hingga 7,07 persen, pada kuartal III pertumbuhan ekonomi mengalami pelemahan menjadi 3,5 persen karena penyebaran Covid-19 varian Delta.

Di samping itu, pada kuartal I-2021 pertumbuhan ekonomi tercatat masih minus 0,7 persen year on year. Pasalnya, libur Natal dan Tahun Baru 2021 sempat menyebabkan kasus Covid-19 naik hingga pemerintah memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Maret 2021.

Baca Juga: