Meski aparat tegas terhadap mereka yang kerap menyebar fitnah dan berita bohong, tetapi masih ada saja yang melakukan tindakan yang merusak persatuan bangsa ini.

Semarang - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo melepas secara resmi para mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unes) yang akan mengikuti pelatihan bela negara. Acara pelepasan dilakukan di kampus Unes. Dalam sambutannya, Menteri Tjahjo mengutip apa yang pernah dikatakan Jenderal Soedirman. Menurut Jenderal Soedirman, kejahatan akan merajalela, jika orang-orang baik diam saja.

Karena itu, ketika sekarang ada kelompok yang anti Pancasila, bahkan hendak merubuhkan NKRI, maka mereka harus dilawan. "Kita harus berani lawan yang ingin mengganti Pancasila, NKRI. Itu lawan kita," kata Tjahjo di Semarang, Jumat (8/9). Tjahjo pun berharap, mahasiswa ada di garda depan membela negara.

Mempertahankan NKRI dan Pancasila. Karena itu para mahasiswa harus memahami apa itu bela negara. Bela negara adalah wujud tanggung jawab dari warga negara. "Sebagai warga negara punya komitmen menjaga NKRI. Tak ada NKRI kalau tak ada berbagai golongan suku dari Sabang sampai Merauke," ujarnya. Mahasiswa kata dia, harus peka. Mesti awas terhadap setiap perkembangan yang sedang terjadi. Cermati dan terus ikuti perkembangan berita.

Baca dan terus serap informasi. Tapi ia juga wanti-wanti harus kritis terhadap setiap informasi yang diterima. Telaah siapa pemberi informasi. Jangan asal sebar. Karena sekarang, fitnah sedang marajela. Ia juga mempersilahkan mahasiswa untukritis, mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap salah. Hanya saja, jangan sampai memfitnah.

"Silahkan kalau mahasiswa sampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tapi jangan fitnah. Hati-hati, ada UU ITE. Setiap info harus jernih. Sumbernya siapa. Online siapa. Jangan dari orang per orang langsung di share. Jangan sampai 72 tahun bangsa merdeka, terbelah oleh fitnah," kata Tjahjo.

Di acara yang sama selain Tjahjo, Walikota Semarang, Hendrar Prihadi juga sempat memberi sambutan. Kata dia, Bung Karno pernah mengatakan, jangan pernah menghitung apa yang sudah diberikan kepada negara. Artinya, bangsa ini sekarang membutuhkan tangan-tangan untuk menjadikan Indonesia, bangsa yang hebat.

"Salah satunya adalah para mahasiswa," kata dia. Hendrar juga mengapreasiasi kegiatan bela negara. Menurut dia, bela negara adalah kegiatan positif, untuk menumbuhkembangkan rasa nasionalisme. Karena itu, berikan yang terbaik untuk bangsa. Apalagi, mahasiswa adalah penerus sejarah.

Peran dan kontribusi anak muda, khususnya mahasiswa sangat penting sekarang ini, ditengah persoalan yang sedang mengancam negara. "Bangsa ini sedang didera persoalan ideologi, perbedaan, hal-hal yang harusnya sudah tuntas, tepatnya saat Bung Hatta dan Bung Karno memerdekakan negara ini," kata dia.

Pengikat Persatuan

Menurut Hendrar, dari dulu bangsa ini tak berubah. Dari Sabang sampai Merauke, perbedaan jadi pengikat persatuan. Kini, ada kelompok yang coba membenturkan perbedaan. "Saya titip pada para adek-adek ini sampaikan pada mereka. Jangan coba-coba hancurkan, agar mereka tak berani lagi," katanya. Ia juga mengingatkan, perbedaan adalah kekayaan bangsa.

Jangan sampai sejarah Uni Sovyet terulang di Indonesia. Negara besar tersebut bubar karena pertikaian di dalam negerinya. "Jangan sampai suatu saat nanti, anak cucu atau cicit kita, bertanya, eyang, pak, dulu apa benar ada negara bernama Indonesia? Kalau itu yang ditanyakan, berarti kita adalah generasi yang gagal mempertahankan Indonesia," katanya.

Sementara itu, Rektor Unes Fathur Rokhman mengatakan, kegiatan bela negara di kampus Unes, di ikuti oleh sekitar 6000- an mahasiswa. Kegiatan bela negara sendiri digelar bekerja sama dengan Resimen Induk Kodam Diponegoro.

ags/AR-3

Baca Juga: