JAKARTA - Untuk meningkatkan kemandirian para penyandang disabilitas di Indonesia sejumlah pihak memperkenalkan inklusi digital bagi dengan memberikan pelatihan literasi digital dan kewirausahaan; menyelenggarakan pameran karir dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) serta mengembangkan pedoman penempatan kerja dan mendukung penyandang disabilitas yang memiliki Usaha Kecil Menengah (UKM).

Dan kegiatan ini didukung oleh Kedutaan Besar Inggris di Jakarta bekerja sama dengan Alunjiva, Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia dengan meluncurkan Tech to Empower 2023 pada di kantor Komisi Nasional Disabilitas di Jakarta.

Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Matt Downing mengatakan ekonomi digital adalah metode efektif untuk pertumbuhan ekonomi dan inklusi sosial. Namun penyandang disabilitas sering kali dikucilkan karena kurangnya akses terhadap teknologi dan pelatihan yang relevan.

"Inggris diakui sebagai pelopor inklusivitas, dan kami berkomitmen untuk mendobrak hambatan dan menciptakan peluang baru bagi penyandang disabilitas. Kami bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk meraih kesuksesan," katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (3/9)

Bertemakan "Kolaborasi Pentahelix Menuju Indonesia Inklusif", proyek Tech to Empower 2023 merupakan kelanjutan dari proyek unggulan 'Tech to Empower: Digitally Ready Entrepreneurs' yang telah berjalan sejak 2020 dan telah berhasil memberdayakan lebih dari 500 penyandang disabilitas di seluruh Indonesia. Proyek ini akan memberikan pelatihan literasi digital dan kewirausahaan kepada 500 penyandang disabilitas penerima manfaat yang baru terpilih.

Kemudian akan diadakan job fair dan pameran UMKM di mana penerima manfaat dapat menunjukan keterampilan mereka kepada calon pemberi kerja dan menampilkan produk bisnis mereka kepada pelanggan.

Selain itu, pedoman penempatan kerja bagi penyandang disabilitas dan UMKM milik pengusaha penyandang disabilitas akan dikembangkan melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan dari organisasi yang dipimpin oleh penyandang disabilitas, komunitas UMKM, pakar industri, pemerintah, organisasi inklusif, serta penyedia layanan kerja. Setelah diterbitkan, pedoman ini akan didistribusikan dan disosialisasikan kepada para pelaku industri utama di sektor teknologi dan digital.

Sedangkan Co-Founder Alunjiva Indonesia, Fanny Evrita Ritonga mengatakan program Tech to Empower 2023 yang bertema "Kolaborasi Pentahelix menuju Indonesia inklusif" merupakan wujud komitmen bersama antara Alunjiva Indonesia dan UK Indonesia Tech Hub untuk pengembangan ekosistem digital inklusif di Indonesia, termasuk memberikan akses luas terhadap teknologi bagi komunitas penyandang disabilitas.

"Dalam program ini, penyandang disabilitas mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya di bidang keterampilan digital dan pengembangan bisnis UMKM mereka," katanya.

Secara paralel, kata Fanny, proyek ini juga akan meluncurkan dua pedoman yang mendukung penciptaan lingkungan kerja inklusif bagi perusahaan dan juga mendukung para pengusaha UMKM penyandang disabilitas. Kolaborasi pentahelix ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran lintas pemangku kepentingan akan pentingnya menciptakan lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas yang mandiri dan berdaya.

"Proyek Tech to Empower 2023 merupakan sebuah langkah besar untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital. Hal ini akan membantu menciptakan Indonesia yang lebih inklusif dimana setiap orang, apapun disabilitasnya, dapat mencapai potensi maksimal mereka melalui pekerjaan, inovasi dan kewirausahaan," tutupnya.

Baca Juga: