Besaran biaya tes PCR dan Antigen masih beragam dan tak serta merta klinik maupun penyedia jasa mengikuti kebijakan pemerintah.

Pandemi virus SARS-CoV-2 (Covid-19) menyerang dan melumpuhkan hampir seluruh aktivitas penduduk dunia, tak terkecuali Indonesia. Pemerintah lantas menerapkan strategi 3T, yakni testing, tracing, dan treatment. Sayangnya, strategi itu terkendala dengan mahalnya biaya tes, baik itu antigen maupun PCR (polymerase chain reaction).

Sebelum Oktober 2020, biaya tes PCR sekitar 1,2 juta rupiah untuk hasil 1 x 24 jam, sedangkan antigen 500 ribu rupiah. Minggu kedua Oktober 2020 diturunkan, tes PCR paling mahal untuk 1 x 24 jam, dan tes antigen paling mahal 250 ribu rupiah.

Meski sudah diturunkan, tetap saja biaya test antigen dan PCR tidak terjangkau oleh masyarakat bawah. Memang di DKI Jakarta dan beberapa wilayah ada yang gratis, tetapi hasilnya keluar tiga hari, bahkan ada yang tujuh hari. Selama menunggu hasil itu, kemungkinan orang tersebut berinteraksi dengan orang lain sangat besar.

Butuh waktu lama dan mahalnya tes, terutama PCR ini dikeluhkan masyarakat. Tetapi pemerintah diam saja, tidak ada reaksi. Baru kemudian muncul informasi bahwa biaya tes PCR di India kalau dirupiahkan hanya sekitar 95 ribu rupiah, masyarakat kembali menuntut pemerintah menurunkan biaya tes PCR.

Akhirnya, Presiden Joko Widodo pun menurunkan menjadi paling mahal 550 ribu rupiah untuk hasil 1 x 24 jam dan tes antigen maksimal 125 ribu rupiah. Pertanyaannya, kenapa baru sekarang diturunkan? Selisih maksimal tarif baru PCR dengan tarif lama sebesar 350 ribu rupiah, itulah uang yang "dirampok" dari rakyat selama berbulan-bulan. Dengan 550 ribu rupiah saja sudah untung, kenapa harus 900 ribu rupiah?

Tak heran jika di masa pandemi ini menjamur klinik-klinik dan tenda-tenda yang menyediakan fasilitas PCR maupun antigen.

Dari penelusuran Koran Jakarta, harga beragam untuk PCR maupun Antigen masih terjadi. Di Jalan Mampang Prapatan sampai dengan Warung Buncit, Jakarta Selatan, menjamur klinik yang menyediakan fasilitas untuk PCR dan antigen. Ada sebuah klinik yang menawarkan swab antigen dengan harga 70 ribu.

Dokter jaga Klinik Kirana Medika II, Desti Oki Lestari, mengungkapkan Klinik Pratama Kirana Medika memang memberikan diskon kepada warga yang ingin swab antigen."Memang kami sedang diskon mas, untuk swab antigen kepada warga yang ingin di-swab," ujarnya.

Menurut Desti, alat swab antigen yang dipergunakan pihaknya tidak jauh berbeda yang dipakai di puskesmas maupun rumah sakit pada umumnya.

Kendati begitu, merk swab antigen Clugune IND merupakan produksi Hangzhou Clongene Biotect.co Ltd Tiongkok dan sudah terdaftar serta memiliki No Izin edar dari Kemenkes RI AKL 20303028055. Soal harga swab antigen Clongene dapat ditemukan di e-commerce di Tokopedia dan Shopee. Harga yang ditawarkan sangat terjangkau yakni 28 ribu. Hal ini pula yang menyebabkan klinik Kirana mematok harga 70 ribu untuk swab antigen.

Berbeda halnya dengan harga swap di Klinik Lapku di daerah Mampang yang mematok biaya swab sebesar 249 ribu rupiah.

Laboratorium Sendiri

Sementara itu, Bumame Farmasi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan dengan melayani jasa tes Covid-19 standar internasional. Perusahaan yang membuka praktik di Cideng dan Parkir Timur GBK Senayan ini memiliki fasilitas laboratorium mandiri yang sudah diberikan izin oleh Kementerian Kesehatan.

"Di Bumame Farmasi, kami memiliki laboratorium mandiri," kata Marketing Communications Bumame Farmasi Afifah saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (24/8).

Afifah mengatakan Bumame Farmasi mulai beroperasi dari bulan Agustus 2020 silam. Selain itu, perusahaan ini melayani berbagai layanan seperti layanan tes Covid-19 mulai dari swab tes PCR, swab sntigen, tes serologi antibodi kuantitatif, dan paket pemeriksaan pasca-Covid-19 (d-dimer, Vit D-25-OH dan Serologi Kuantatif).

Menurut Afifah, Bumame Farmasi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang melayani fasilitas kesehatan. "Inti bisnis usaha kami melayani fasilitas kesehatan, sebenarnya mirip-mirip kayak prodia gitu mas. Jadi, ke depannya kita akan melaksanakan jasa pengetesan. Soalnya saat ini sampel swab, kita juga juga melayani jasa tes serologi antibodi kuantitatif (pengambilan darah) kita sudah masuk ke situ," kata Afifah.

Dijelaskannya, Bumame tidak hanya melayani tes swab dan tes antigen saja, tetapi juga mengelola sampel-sampel yang berasal dari rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah.

Afifah menambahkan saat lonjakan Covid-19 pada bulan Juni-Juli lalu, Bumane Farmasi menerima sampel hampir seluruh rumah sakit di Jakarta. "Pada Juni dan Juli kemarin orang-orang pada overload, kita punya laboratorium cukup banyak untuk menampung sampel yang dikirim oleh Rumah sakit di Jakarta," pungkasnya.

Baca Juga: