Kurangnya antusiasme para para penerima vaksin di India diperkirakan terkait telah menurunnya penularan Covid-19. Kasus rata-rata harian India turun menjadi kurang dari 12.000 kasus. Di sini pernah lebih dari 90.000 kasus pada bulan September.

Pada puncak pandemi, sistem perawatan kesehatan kewalahan, dengan kekurangan tempat tidur rumah sakit dan tabung oksigen dilaporkan di seluruh negeri. Penghitungan resmi Covid-19 India, sekarang hampir 11 juta, melonjak ke nomor dua dunia, di belakang AS yang masih menempati urutan teratas.

Dalam konferensi pers 4 Februari 2021, Dewan Riset Medis India mengatakan lebih dari 20 persen subjek di atas usia 18 dari seluruh negeri yang dites pada akhir Desember dan awal Januari memiliki antibodi untuk virus korona yang menyebabkan Covid-19.

Data tersebut menunjukkan kemungkinan besar mereka telah menderita penyakit dan sembuh tanpa pernah disadari. Studi serupa di Mumbai dan Delhi menunjukkan tingkat antibodi yang lebih tinggi hingga 56 persen.

Beberapa petugas kesehatan yang diwawancarai Time para penyintas mengatakan kurang khawatir untuk segera mendapatkan vaksin karena meyakini telah memiliki kekebalan.

Meski banyak yang telah memiliki antibody, para ahli mengingatkan India masih jauh dari kebebalan kawanan (herd immunity). Enggannya masyarakat mengikuti jadwal vaksinasi bukan pertanda baik bagi India, mengingat gelombang Covid-19 di negara lain bahkan lebih parah daripada yang di awal pandemi.

Maharashtra, negara bagian yang paling parah terkena dampak Covid-19 dalam beberapa hari terakhir, dengan kasus harian di atas 5.000 pada 18 Februari menjadi contoh betapa wabah ini masih berbahaya. Kecenderungan untuk lengah ini pada skala global dapat menghambat upaya pengendalian pandemi.

Para ahli mengatakan vaksinasi diperlukan tidak hanya untuk mendapatkan kekebalan jangka panjang tetapi juga untuk mengurangi potensi mutasi baru, yang berada di balik lonjakan kasus baru di Inggris dan Brasil.

"Tingkat cakupan vaksinasi yang tinggi mengurangi potensi varian baru," kata Dr Paul Griffin, spesialis penyakit menular di University of Queensland di Brisbane. "Semakin banyak kasus yang terjadi, semakin besar peluang untuk menghasilkan mutasi yang memberikan semacam manfaat bagi virus," ujar dia.

Bahkan di negara-negara seperti AS dan Inggris, di mana vaksinasi dimulai selama lonjakan kasus, ada risiko orang kehilangan antusiasme begitu kasus menurun. Para ahli menekankan perlunya komunikasi yang lebih baik untuk mendorong vaksinasi.

"Tidak ada waktu untuk menunggu karena yang terburuk belum berakhir," kata Direktur Riset di Johns Hopkins Global mHealth Initiative Dr Smisha Agarwal. "Meskipun kelelahan, meningkatkan vaksinasi adalah satu-satunya senjata terbaik yang kami miliki untuk menghadapi musim dingin yang sangat panjang," ujar dia.

SB/Hay/G-1

Baca Juga: