Washington - Pentagon membantah klaim bahwa Israel menggunakan dermaga terapung AS di Gaza selama operasi penyelamatan sandera.

"Saya tidak tahu kedekatan lokasinya. Lokasinya dekat, tetapi saya pikir itu tidak disengaja," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS Mayjen Pat Ryder kepada wartawan, Senin (10/6), ketika ditanya seberapa dekat operasi penyelamatan itu dengan dermaga yang dimaksud.

"Sekali lagi, dermaga, peralatan, personel--semuanya untuk mendukung upaya kemanusiaan--tidak ada hubungannya dengan operasi penyelamatan IDF (militer Israel)," ujar Ryder, menambahkan.

Pasukan Israel menyelamatkan empat sandera dari Gaza pada Sabtu (8/6), selama serangan terhadap kamp pengungsi Nuseirat, yang menewaskan sedikitnya 274 warga Palestina dan melukai 700 orang lainnya.

Keempatnya merupakan warga Israel yang disandera oleh kelompok Palestina, Hamas, sejak Oktober tahun lalu.

"Kami telah mengakui bahwa ada beberapa aktivitas helikopter di dekat dermaga, tetapi itu sama sekali terpisah dan tidak terkait dengan operasi JLOTS," kata Ryder merujuk pada misi AS untuk bantuan bencana.

Dia pun menegaskan bahwa AS tidak terlibat dalam operasi penyelamatan sandera oleh Israel, dan tidak ada pasukan AS di darat selama operasi tersebut.

Ryder menggarisbawahi bahwa satu-satunya tujuan keberadaan dermaga terapung AS adalah untuk membantu menyalurkan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh warga Gaza.

Pada Sabtu, AS melanjutkan pengiriman bantuan ke Gaza melalui dermaga yang dibangun kembali setelah pecah di laut yang ganas akhir bulan lalu.

Laut yang ganas mempengaruhi empat kapal Angkatan Darat AS yang mendukung misi bantuan kemanusiaan maritim di Gaza, dan kapal-kapal itu terlepas dari tambatannya, mengakibatkan dua kapal berlabuh di pantai dekat dermaga.

Kapal ketiga dan keempat terdampar di pantai Israel dekat Ashkelon.

Presiden AS Joe Biden memerintahkan pembentukan rute laut untuk mengirimkan makanan dan bantuan lainnya kepada warga Palestina pada tanggal 8 Maret 2023, di tengah berbagai pembatasan yang diberlakukan Israel dan konflik selama berbulan-bulan di daerah kantong itu.

JLOTS, yang terdiri dari dermaga terapung dan dermaga Trident, mulai beroperasi pada 17 Mei 2024 ketika truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan mulai bergerak ke darat melalui dermaga tersebut.

Biaya awal pembangunan dermaga tersebut diperkirakan mencapai 320 juta dolar AS (sekitar Rp5,2 triliun).

Namun, Pentagon menyebut biaya pembangunannya turun menjadi 230 juta dolar AS (sekira Rp3,7 triliun) karena kontribusi Inggris, dan karena biaya kontrak truk maupun peralatan lainnya "lebih rendah dari yang diperkirakan".

Baca Juga: