Pontianak - Penjabat Gubernur Kalimantan Barat, Harisson, mengatakan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis.

"Saat ini setiap rumah sakit yang ada di Kalbar dihadapkan pada beberapa tantangan, terutama dalam hal kekurangan tenaga dokter spesialis. Namun, Pemerintah Provinsi telah berupaya memperbaiki situasi tersebut dengan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia," kata Harisson saat menghadiri acara pengukuhan Direktur Rumah Sakit Umum YARSI Pontianak Masa Bhakti 2024-2028. Acara berlangsung di ruang pertemuan Rumah Sakit Umum YARSI Pontianak, Rabu.

Harisson menyatakan, selain masalah kekurangan dokter spesialis, rumah sakit di Kalbar juga mengalami kekurangan tenaga pendukung bidang kesehatan.

"Kita memang sudah menyekolahkan beberapa dokter-dokter sub spesialis ke beberapa centerfakultas kedokteran yang mendidik dokter Sub Spesialis atau Spesialis, tapi memang kita perlu waktu," tuturnya.

Pj Gubernur menekankan perlunya waktu untuk mengatasi kekurangan tersebut dan menjelaskan upaya koordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Dia juga menggarisbawahi peran RSU YARSI Pontianak dalam memberikan pelayanan yang semakin membaik, tercermin dari peningkatan kunjungan pasien yang signifikan.

"Saya lihat dari kunjungan pasien ke Rumah Sakit Umum YARSI ini sudah meningkat 3 kali lipat, bahkan 4 kali lipat kalau kita bandingkan dengan 3 tahun yang lalu. Kita minta terus ditingkatkan pelayanannya," katanya.

Dalam sambutannya, pada kegiatan tersebut, Harisson memberikan apresiasi terhadap terpilihnya kembali dr. Carlos Dja'afara, M.Kes., sebagai Direktur RSU YARSI Pontianak untuk periode 2024-2028. Dirinya juga memuji prestasi dan dedikasi dr. Carlos Dja'afara, yang sebelumnya telah diangkat sebagai Dokter Teladan Tingkat Nasional saat bertugas di Puskesmas Sungai Duri.

"Kita tentu berharap keberlanjutan peningkatan pelayanan tersebut dengan dikukuhkannya Direktur baru RSU YARSI Pontianak," kata Harisson.

Baca Juga: