DENPASAR - Para pengusaha di Indonesia, khususnya Bali diminta untuk tidak lengah, tetap waspada dan siap menghadapi tantangan pelambatan ekonomi global dan konflik geopolitik yang masih berlangsung.

"Kita jangan sampai lengah dan harus tetap waspada seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo untuk waspada, waspada dan waspada," kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid secara daring dalam Rapat Pimpinan Provinsi (Rapimprov) Kadin Bali, di Denpasar, Sabtu (16/7).

Seperti dikutip dari Antara, Arsjad mengatakan meskipun ekonomi Indonesia dapat tumbuh kuat 5,03 persen dan Bali juga tumbuh di atas 5 persen pada kuartal I-2023, namun Indonesia masih menghadapi tantangan pelambatan ekonomi global dan konflik geopolitik.

Oleh karena itu, sebagai bentuk kewaspadaan, Arsjad mengajak para anggota Kadin untuk fokus menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendukung ekonomi nasional.

"Salah satunya dengan menguatkan UMKM untuk meningkatkan ekonomi daerah dan juga nasional sesuai dengan pilar Kadin," kata Arsjad pada Rapimprov dengan tema Sustainability Ekosistem Pertanian untuk Pariwisata yang Inklusif dan Kolaboratif menuju Ekosistem Global.

Kegiatan Rapimprov Kadin Bali tersebut diharapkan dapat menghasilkan program kerja yang inovatif serta menjadikan Kadin Bali yang lebih tangguh, adaptif, dan responsif.

Salurkan Aspirasi

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang mengatakan salah satu fungsi Kadin adalah menyalurkan berbagai aspirasi pelaku usaha kepada pemerintah dalam berbagai aspek seperti regulasi.

Selain itu bagaimana penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif serta agar tenaga kerja terserap oleh para pelaku usaha. Termasuk peran Kadin dalam menanggulangi Covid-19 membantu pemerintah dan sebagainya.

Tantangan ekonomi global, lanjut Simanjorang, saat ini tidak sedang baik-baik saja akibat dari geopolitik global yang mempengaruhi inflasi di Indonesia dan ekonomi negara-negara di dunia.

Sementara itu, pengamat ekonomi ri Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B. Suhartoko mengatakan di dalam situasi pelambatan pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian saat ini mau tidak mau potensi domestik harus menjadi tumpuan ke depannya.

Dengan jumlah penduduk yang besar, jangka pendek dan jangka panjang konsumsi domestik tetap menjadi tumpuan dan penggerak perekonomian. "Berkaitan dengan itu manufakturisasi harus sejalan dengan konsumsi domestik," tegas Suhartoko.

Ia menerangkan deglobalisasi yang mulai mengancam perdagangan bebas dengan dalih lingkungan dan kemanusiaan dan hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan ekonomi, patut diantisipasi dengan memperkuat ekonomi domestik.

Baca Juga: