Dewasa ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan korupsi. Oleh karena itu, Sekolah Pilar Indonesia, yang berkomitmen untuk turut menguatkan sikap-sikap anti korupsi dengan menggelar Festival Keroncong Muda Pilar Indonesia ke-3 dengan tema "Jangan Korupsi".

Musik keroncong sebagai salah satu budaya bangsa yang membanggakan dan memiliki peran penting sejak zaman perjuangan, kini tidak berkembang dengan baik karena berbagai hal, seperti kurangnya wadah bagi kaum muda untuk mengembangkan musik keroncong, terutama di kalangan remaja.

Namun pada upaya pelestariannya, Sekolah Pilar Indonesia Kawasan Cibubur, Ciangsana, Gunung Putri, Bogor, belum lama ini menggelar Festival Keroncong Muda Pilar Indonesia (FKMPI) 2017. Yang menarik, mereka mengelaborasikan semangat anti korupsi kepada para peserta festival musik keroncong yang rata-rata diikuti anak muda ini.

Tahun ini tercatat ada 14 grup Orkes Keroncong anak-anak muda dari berbagai kota di Indonesia. Antara lain Kendal, Jombang, Cilacap, Malang dan Jakarta. Para peserta yang mengikuti festival ini masih sangat muda yaitu berumur antara 13 hingga 19 tahun.

"Sampai menjelang lomba kami mendengar ada sepuluh grup musik keroncong yang menyatakan tidak bisa datang karena tidak ada dukungan dari pemerintah setempat atau pihak-pihak berkompeten didaerahnya," ujar Ketua Dewan Pembina Sekolah Pilar Indonesia, Iwan Kresna Setiadi, pada pembukaan FKMPI 2017.

Pada FKMPI 2017 ini, setiap tim keroncong remaja akan membawakan dua lagu. Satu lagu merupakan karya cipta grup peserta yang belum pernah dipublikasikan dengan tujuan untuk mengenalkan lagu-lagu keroncong yang baru. Satu lagu lainnya adalah lagu-lagu yang bermakna jangan korupsi.

Beberapa lagu bernuansa semangat anti korupsi seperti, Surat Untuk Wakil Rakyat karya Iwan Fals, yang dibawakan peserta dari SMP N 1 Limbangan, Kendal. Tikus-Tikus Kantor karya Iwan Fals yang dikeroncongkan tim SMA N 1 Jombang, atau lagu berjudul Seperti Para Koruptor ciptaan Bim-Bim (Slank) yang dibawakan SMA N 2 Jombang yang rata-rata memiliki pesan kuat untuk menyindir, bahkan melawan koruptor sangat segar terdengar, meskipun dikemas secara keroncong.

Dari segi pembawaan musik keroncong oleh pelajar ini, juga menjadi titik harapan terhadap kelestarian musik keroncong di masa yang akan datang. Sesuai misi Sekolah Pilar Indonesia, digelarnya festival ini juga dimaksudkan untuk mendorong munculnya grup musik keroncong di kalangan kaum muda sekaligus menyediakan kesempatan bagi grup-grup musik keroncong muda untuk tampil dan berkompetisi.

Menurut Iwan kebebasan memainkan musik keroncong yang diusungnya ini merupakan upaya untuk mengajak anak-anak muda menggemari musik keroncong. Sebab tidak dapat dipungkiri, dalam persepsi anak-anak muda, keroncong merupakan musik orang tua, kurang semangat dan tidak sesuai kemajuan zaman.

"Saya mengadakan ini pun tidak semuanya menyambut baik. Ada yang mengatakan saya merusak pakem keroncong. Merusaknya di mana?

Kalau anak-anak saya suruh nyanyi keroncong tahun 40-an, ya bubar semua. Tapi kan dalam lomba juga ada yang dinyanyikan lagu-lagu lama. Ada lagu yang liriknya menggambarkan anti korupsi," kata mantan Ketua AMKRI (Asosiasi Musik Keroncong Indonesia) ini.
ima/R-1

Memupuk Cinta Kesenian Indonesia

Komitmen Sekolah Pilar Indonesia sebagai yang pertama dan satu-satunya sekolah di Indonesia yang menyelenggarakan festival musik keroncong muda, semakin mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Hal ini bisa dirasakan dari makin tingginya peserta yang mengikuti festival musik ini. Pada penyelenggaraan pertama pada 2015, festival ini diikuti 11 tim keroncong remaja yang seluruhnya berasal dari Pulau Jawa. Pada 2016 diikuti 12 tim keroncong, sedangkan tahun meningkat menjadi 14 tim.

Tinop Harsono, Pengajar Seni Budaya SMA N 1 Jombang pun turut merasakan bagaimana musik keroncong kian diminati di lingkup ruang pengajarannya. Musik keroncong yang masuk ekstra kurikuler ini, generasi pertama pada 2015, SMA N 1 Jombang hanya memiliki 1 tim yang terdiri dari 12 orang. Kemudian generasi selanjutnya meningkat menjadi 40 anak, dan ditahun ini mereka memiliki setidaknya 60 anak yang tertarik menekuni musik keroncong.

"Sangat sulit untuk menarik minat mereka. Tapi kami terus berupaya, dipengajaran kita musik keroncong harus dipadupadankan dengan musik pop kekinian, agar mereka berminat untuk belajar dan mengetahui lebih jauh musik keroncong. Dan saya sadari juga musik keroncong sejauh ini memang belum membudaya di kalangan anak muda, padahal kesenian tradisional ini sangat relevan dengan masa sekarang karena dimungkinkan untuk dimasukan genre musik lain seperti dangdut, rock, campusari dan lain sebagainya," jelas Tinop di sela-sela acara festival keroncong ini. ima/R-1

Kaya Harmonisasi Kebersamaan

Tinop, yang sudah 30 an tahun membina seni musik tradisional di kalangan pelajar ini, menyampaikan biarlah keroncong modern milik anak muda dan keroncong tradisional milik mereka para orang tuanya. "Melalui cara ini, kita bisa menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian musik khas ini. Sembari anak-anak menyukai keroncong yang mengaransemen karya Raisa, Tulus, Noah pelan-pelan kita juga menyisipkan karya-karya maestro keroncong Indonesia untuk menguatkan mereka terhadap sejarah musik ini. Dan terbukti mereka juga menyukainya," ceritanya.

Dan manfaatnya begitu nyata, khususnya pada pemgembangan karakter anak, Tinop yang juga mantan wartawan ini menceritakan dalam pengamatannya anak-anak yang ikut belajar kesenian musik keroncong ini, terlihat lebih semangat, tidak mudah menyerah, mudah bersosialisasi terhadap sesama dan cinta lingkungan. "Mereka memiliki karakter kuat, dari belajar seni musik tradisional keroncong yang kaya akan harmonisasi kebersamaan ini," ujarnya.

Pandangan ini juga sejalan dengan Koko Thole, musisi, pencipta lagu sekaligus penyanyi spesialis pop Jawa, yang hadir sebagai juri tetap FKMPI. Menurutnya musik keroncong adalah musik perjuangan, musik keroncong identik dengan perilaku baik, sehingga tepat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan seperti anti korupsi.

"Musik keroncong itu tidak pernah ada yang seronok. Tidak ada penyanyi keroncong yang seronok. Tidak pernah ada orang yang setelah keroncong tawuran, karena isinya sarat dengan tuntunan. Penyanyi pun berkebaya," katanya. ima/R-1

Baca Juga: