ATVSI mengutip data Nielsen, pemirsa televisi Jabodetabek, baru 40 persen yang siap beralih ke siaran televisi terestrial digital.

JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika resmi memundurkan Analog Switch-Off (ASO) untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dari 5 Oktober menjadi 2 November.
"ASO Jabodetabek akan dilaksanakan serentak 2 November pukul 24.00," kata pelaksana tugas Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Ismail, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (5/10). Tenggat waktu 2 November sudah tercantum pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Menurut Ismail, pergeseran jadwal ASO untuk wilayah Jabodetabek atas permintaan Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI). Sebelumnya, Sekretaris Jenderal ATVSI, Gilang Iskandar, pada jumpa pers yang sama mengatakan mereka minta pemerintah memundurkan ASO Jabodetabek karena masyarakat belum siap.
ATVSI mengutip data terbaru Nielsen yang berisi dari jumlah pemirsa televisi Jabodetabek, baru 40 persen yang siap beralih ke siaran televisi terestrial digital. Jumlah masyarakat yang belum siap beralih ke digital masih tinggi untuk wilayah Jabodetabek.
Migrasi siaran televisi terestrial analog dilakukan 112 wilayah siaran. Ini meliputi 341 kabupaten dan kota. Sementara itu, wilayah siaran yang sudah melakukan ASO berjumlah 18. Mereka adalah Riau 4, NTT 3, NTT 4, dan Papua Barat 1.
Kemudian, Kalsel 2, Kalsel 4, Kalimantan Utara 3, Bangka Belitung 2, Bangka Belitung 4, Kalimantan Barat 6, Maluku 6 dan Maluku Utara 3. ASO di 94 wilayah layanan terus dilakukan.
Infrastruktur multipleksing siaran digital sudah tersebar di 90 wilayah siaran. Masyarakat yang berada di lokasi tersebut bisa beralih ke siaran televisi digital.
Untuk 22 wilayah siaran yang belum mendapat siaran digital, TVRI sedang membangun infrastruktur multipleksing. Sebelumnya, Ketua ATVSI, Syafril Nasution, mengutarakan survei Nielsen dilakukan secara acak kepada masyarakat Jakarta baik yang menonton TV menggunakan antena (free to air) ataupun menggunakan parabola (pay tv). Berdasarkan survei tersebut, masih ada 57 persen warga Ibu Kota yang belum siap bermigrasi ke TV digital.
Syafril menilai jika cakupan ASO adalah Jabodetabek dan bukan hanya Jakarta, maka persentase warga yang belum siap berpindah ke TV digital lebih banyak lagi. Syafril khawatir apabila penghentian siaran analog Jabodetabek tetap 5 Oktober, akan banyak masyarakat tidak bisa lagi menonton televisi, lantaran belum siap beralih ke digital.
Atas dasar tersebut, Syafril mengatakan, Selasa (4/10) pagi berdiskusi dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, terkait permintaan penundaan pelaksanaan ASO Jabodetabek.
Sebelumnya, rencana mundur ASO ini sudah disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Usman Kansong. Dia mengatakan ASO diundur menjadi 2 November 2022. Usman mengatakan, penundaan wilayah Jabodetabek juga atas permintaan ATVSI.
"Jadi, pemerintah sudah merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu agar ASO Jabodetabek bisa dilakukan 5 Oktober. Akan tetapi, ATVSI minta ASO Jabodetabek digeser ke tanggal 2 November," ucap Usman. Dia menuturkan, posisi pemerintah dalam program ASO memfasilitasi dan mendukung industri untuk menghadapi disrupsi digital.
Maka, dia mendukung atau memfasilitasi ATVSI atau lembaga penyelenggara multiplexing untuk menggeser ASO Jabodetabek ke tanggal 2 November.

Baca Juga: