JAKARTA - Rencana mengurangi emisi kendaraan bermotor dengan beralih ke mobil dan motor listrik harus dipersiapkan dengan matang agar tujuan memanfaatkan energi hijau secara optimal bisa tercapai.

Pakar epidemiologi pencemaran udara dan surveilans kesehatan lingkungan Universitas Indonesia (UI), Budi Haryanto, mengatakan bahwa penggunaan panel surya untuk menghasilkan energi bagi pengisian daya baterai mobil listrik akan sangat membantu pengurangan emisi karbon.

"Misi energi bersih itu yang harus didorong, menggunakan energi matahari, geotermal, dan gas. Kalau itu digunakan untuk menyediakan listrik, bagus," kata Budi kepada Antara, baru-baru ini.

Menurut Budi, sarana pengisian baterai untuk mobil listrik saat ini masih diambil dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar solar, sehingga secara umum penggunaan mobil listrik belum sepenuhnya membantu mengurangi emisi karbon, meskipun berhasil dalam mengurangi polusi udara di jalan raya.

"Kalau mobil listrik secara umum tidak (mengurangi emisi karbon), tapi kalau mengurangi polusi kendaraan di jalan iya. Dengan banyaknya kendaraan listrik maka polutan sumber polusi udara di jalan raya berkurang," jelas Budi.

Solusi yang bisa diterapkan, paparnya, bagi masyarakat yang sudah memiliki mobil listrik lebih baik menggunakan tenaga surya untuk sarana pengisian baterainya. Saat ini, masih banyak yang berkontribusi besar menghasilkan emisi karbon, seperti kendaraan bermotor bermesin konvensional, pabrik, dan turbin-turbin industri.

"Di rumahnya yang punya kendaraan listrik maka perlu punya solar cell itu jadi bagus. PLN juga bergeser bikin solar cell yang banyak, jangan bakar solar lagi," kata pengajar dan guru besar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI itu.

Pembatasan penggunaan listrik di rumah dan efisiensi pemakaian kendaraan bermotor, kata Budi, dapat membantu menurunkan emisi karbon. Dengan sosialisasi mengenai praktik-praktik pengurangan emisi karbon itu penting agar masyarakat sadar dan mencontoh kebiasaan baik demi menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.

"Output sosialisasi masyarakat jadi tahu, jadi menyadari. Untuk melakukan aksi berarti ada upaya pergerakan masyarakat, ada enggak yang memberikan contoh agar masyarakat ikutan. Itu masih jadi PR besar di sekitar kita," katanya.

Ekonomi Kerakyatan

Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, mengatakan salah satu prasyarat pengembangan ekonomi hijau adalah implementasi nasionalisme dan ekonomi kerakyatan.

Salah satu instrumennya adalah pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang didorong untuk memiliki jaringan dan organisasi kuat melalui koperasi.

"Dengan demikian, berbagai instrumen ekonomi hijau, seperti produk hijau, bisnis hijau, dan manajemen hijau dapat dikembangkan oleh UMKM yang memiliki peran dominan dan signifikan dalam perekonomian Indonesia," ungkap Awan.

Upaya mendorong UMKM agar memiliki jaringan luas itu akan memberi kesempatan ke mereka untuk menerapkan ekonomi hijau. "Kalau mau mewujudukan ekonomi hijau maka semestinya mendorong UMKM untuk menjadi UMKM hijau," kata Awan.

Strateginya bisa melalui kolaborasi, jejaring, inovasi teknologi, edukasi, koperasi, dan digitalisasi.

Baca Juga: