JAKARTA - Teknologi jaringan 5G bukan hanya dominan pada sektor industri. Pada tahun-tahun mendatang teknologi yang memiliki kecepatan tinggi dan rendah latensi ini akan banyak dipakai pelanggan data seluler.

Studi Ericsson Mobility Report (EMR) menyebutkan, pada akhir 2020, lebih dari 1 miliar orang atau 15 persen penduduk dunia akan tinggal di wilayah dengan cakupan 5G. Pada akhir tahun ini, diperkirakan terdapat 220 juta pelanggan 5G secara global.

Pada 2026, ada 60 persen penduduk dunia memiliki akses ke layanan 5G. Pelanggan 5G diperkirakan mencapai 3,5 miliar. Angka ini menyumbang lebih dari 50 persen lalu lintas data seluler pada saat itu.

"Di Asia Tenggara dan Oseania, 5G diperkirakan menjadi teknologi terpopuler kedua setelah LTE pada 2026. Jumlah pelanggan lebih dari 380 juta dan menyumbang 32 persen dari semua pelanggan seluler," ujar Head of Ericsson Indonesia Jerry Soper, dalam konferensi pers Selasa (8/12).

Dia menambahkan, di Asia Tenggara dan Oseania, lalu lintas data seluler terus tumbuh secara stabil dengan laju pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 33 persen untuk jangka waktu tersebut. Lalu lintas data seluler diperkirakan mencapai 32EB per bulan pada 2026 atau setara dengan 33GB per bulan per smartphone.

Di Indonesia, 5G akan berperan penting dalam mengelola lalu lintas data efisien bagi penyedia layanan serta memungkinkan operator seluler untuk meningkatkan layanan digital yang telah ada maupun kasus penggunaan seperti streaming gambar video, streaming olahraga, permainan mobile, dan layanan rumah pintar.

"EMR menyoroti mengapa keberhasilan 5G tidak hanya terbatas pada cakupan atau jumlah pelanggan saja. Keberhasilan juga akan ditentukan oleh kasus penggunaan dan aplikasi baru, di mana yang pertama sudah mulai muncul," ujar Soper.

Laporan Harnessing the 5G Consumer Potential baru dari Ericsson ConsumerLab, pasar konsumen 5G dapat bernilai 31 triliun dollar AS pada 2030 secara global. Penyedia layanan komunikasi (CSP) menghasilkan 3,7 triliun dollar AS, dan dapat meningkat lagi dengan kemunculan peluang baru layanan digital yang berdekatan.

Di Asia Tenggara, India, dan Oseania, diperkirakan penyedia layanan komunikasi dapat meraih pendapatan 297 miliar dollar AS dari konsumen 5G pada 2030. Sebesar 79 persennya atau senilai 7,5 miliar dollar AS pada 2030, akan didorong oleh video dan musik HiFi, yang ditingkatkan. Layanan digital 5G, termasuk video, musik, gaming, realitas tertambah (AR) dan realitas maya (VR), dan layanan IoT konsumen.

Untuk Indonesia ika transformasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dilakukan dalam sekala besar dapat menghasilkan pendapatan sebesar 44,2 miliar dollar AS pada 2030, dimana 39 persen didapat dari 5G. Dari total nilai tersebut, sebesar 47 pesen atau sekitar 8,2 miliar dollar AS bisa didapatkan oleh operator.

"Penerapan 5G di Indonesia akan memainkan peran penting dalam menciptakan pendapatan bagi penyedia layanan melalui konsumen dan perusahaan, serta mendukung agenda transformasi digital pemerintah," tutup Jerry. Hay/G-1

Baca Juga: