Pemerintah perlu memastikan praktik bisnis di pasar beras berjalan sesuai regulasi dan harga yang adil bagi konsumen.

JAKARTA - Program pengendalian harga beras tidak efektif menekan harga di pasaran sehingga diperlukan evaluasi secara menyeluruh agar masyarakat mendapatkan manfaatnya. Pemerintah diharapkan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri dengan hasil produksi lokal.

Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan, mengatakan dampak El Nino dan larangan ekspor beras dari India mendorong kenaikan harga beras, setidaknya di 86 kota di Indonesia.

"Kenaikan harga beras adalah salah satu isu ekonomi yang sangat memengaruhi kesejahteraan rakyat. Kepastian harga dan ketersediaan beras adalah hak masyarakat yang harus dilindungi," ungkap Daniel Johan dikutip dari laman resmi DPR RI, Rabu (6/9).

Pemerintah diminta memastikan praktik bisnis di pasar beras berjalan sesuai regulasi dan harga yang adil bagi konsumen. Salah satu program yang mendapat perhatian khusus adalah Program Pangan Nasional (Papannas). Program ini dirancang untuk mengamankan pasokan pangan, termasuk beras, dan menjaga stabilitas harga beras di pasar.

Namun, kenaikan harga beras yang masih terjadi mengindikasikan perlunya evaluasi mendalam terhadap implementasi Papannas. DPR menilai perlu ada pengkajian ulang mengenai efektivitas Papannas dan program-program sejenisnya.

"Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa program-program ini benar-benar memberikan manfaat yang diharapkan kepada masyarakat," imbaunya.

Daniel juga mendorong pemerintah memprioritaskan produksi dalam negeri, sehingga Indonesia tidak bergantung dari hasil impor beras dari negara lain.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memaparkan pihaknya terus mengembangkan cadangan pangan dan sistem distribusi untuk stabilisasi rantai pasok dan harga pangan, termasuk menyasar ke daerah rawan dan rentan pangan.

Terkait realisasi bantuan pangan, pada September ini, Presiden, terangnya, sudah menyetujui untuk kembali menggelontorkan bantuan pangan beras sebanyak 640 ribu ton kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam bentuk 10 kg beras per KPM.

"Lalu ada pula bantuan pangan untuk Keluarga Risiko Stunting (KRS) berupa daging ayam ras dan telur ayam ras kepada 1,4 juta KRS. Semua bantuan akan dilaksanakan selama tiga bulan ke depan," sebut Arief.

Tiga Zona

Indonesa saat ini menghadapi cuaca ektrem El Nino yang berpengaruh pada produksi pertanian. Kementerian Pertanian (Kementan) sudah membagi tiga zona untuk memantau daerah mana saja yang masih memiliki air cukup.

Selain itu, Kementan tengah melakukan gerakan tanam 500 ribu hektare (ha) untuk memperkuat cadangan beras nasional. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan kita dihadapkan El Nino, yaitu kemarau panjang yang dahsyat. Antisipasinya kita dapat percepat tanam menjadi 3 kali tanam setahun.

"Habis panen langsung tanam dengan menggunakan alsintan. Losses panen dapat berkurang dan produksi dapat ditingkatkan. Saya juga butuh 500 ribu ha tambahan untuk perkuat stok beras nasional yang diperkirakan menghasilkan gabah 3 juta ton dan beras 1,5 juta ton," jelas Mentan.

Baca Juga: