Pengelolaan Sampah Kota Depok Disorot

DEPOK - Pengelolaan sampah pemerintah Kota Depok menjadi sorotan di tempat pembuangan akhir (TPA) Cipayung yang dinilai sudah terlalu penuh. Sorotan ini datang dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI), Kamis (27/4).

BEM UI mengutarakan sorotan tersebut sebagai "hadiah" ulang tahun Kota Depok. Saat ini Depok berusia 24. Menurut Koordinator bidang Sosial Lingkungan BEM UI, Kevin Wisnumurthi, TPA Cipayung sudah overload. "Permasalahan utama adalah TPA Cipayung kini sudah overload," kata Kevin.

Menurutnya, batas ideal daya tampung TPA Cipayung hanya 1,3 juta kubik. Tetapi, kini sampah telah mencapai 2,5 juta kubik. "Kondisi ini jelas membawa permasalahan karena beberapa kali terjadi longsor," tandasnya.

Timbulan sampah yang menumpuk di TPA bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti diare karena banyak lalat beterbangan. Kemudian, infeksi saluran pernapasan atas akibat tingginya kadar sulfur dioksida dan amina benzene. Bisa juga demam berdarah akibat tempat perindukan nyamuk Aedes aegypty.

BEMUI mengingatkan Pemkot Depok agar tidak bergantung pada pemindahan lokasi TPA Cipayung ke TPPAS Nambo. BEM UI merekomendasi beberapa langkah. Hierarki manajemen persampahan dimulai dari prevention, reuse, recycle, recovery, dan disposal, kemudian mengetatkan sanksi. Pengelolaan sampah sesuai dengan regulasi dan melanjutkan kembali konsep Kota Nol Sampah dan Kota Pintar.

Selain itu, meninjau ulang penerapan teknologi yang tepat dalam menanggulangi volume sampah. Setelah itu, mengoptimalkan serta memaksimalkan anggaran penanganan dan pengelolaan sampah. Fokuskan sistem dan mekanisme pengalokasian bank sampah di RW.

Pastikan ketersediaan fasilitas yang mudah diakses masyarakat.

Baca Juga: