BEIJING - Pengangguran di kalangan muda di Tiongkok meningkat hingga 17,1 persen pada bulan Juli, menurut data resmi. Angka tertinggi tahun ini karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu menghadapi tantangan yang semakin besar.
Tiongkok tengah berjuang melawan melonjaknya pengangguran di kalangan anak muda, sektor properti yang dililit utang besar, dan meningkatnya masalah perdagangan dengan Barat.
Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang, yang bertanggung jawab atas kebijakan ekonomi, pada hari Jumat (16/8) menyerukan agar perusahaan-perusahaan yang sedang berjuang "didengarkan" dan "kesulitan mereka benar-benar ditangani", menurut kantor berita pemerintah Xinhua.
Tingkat pengangguran di antara kelompok usia 16 hingga 24 tahun yang dirilis hari Jumat (16/8) oleh Biro Statistik Nasional (NBS) naik tajam dari 13,2 persen pada bulan Juni.
Metrik yang diawasi ketat ini mencapai puncaknya pada 21,3 persen pada bulan Juni 2023, sebelum pihak berwenang menghentikan publikasi angka tersebut dan kemudian mengubah metodologi mereka untuk mengecualikan siswa.
Hampir 12 juta mahasiswa lulus dari universitas-universitas di Tiongkok pada bulan Juni ini, meningkatkan persaingan di pasar kerja yang sudah ketat dan mungkin menjelaskan peningkatan tajam dalam pengangguran pada bulan Juli.
Pada bulan Mei, Presiden Xi Jinping mengatakan penanggulangan pengangguran di kalangan pemuda harus dianggap sebagai "prioritas utama".
Data yang Mengecewakan
Di antara kelompok usia 25 hingga 29 tahun, tingkat pengangguran berada pada 6,5 ??persen pada bulan Juli, naik dari 6,4 persen pada bulan sebelumnya.
Bagi angkatan kerja secara keseluruhan, tingkat pengangguran sebesar 5,2 persen.
Akan tetapi, angka-angka NBS tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai situasi ketenagakerjaan Tiongkok secara keseluruhan, karena hanya memperhitungkan wilayah perkotaan.
Angka pengangguran baru ini muncul menyusul data ekonomi mengecewakan lainnya dari Beijing, termasuk angka yang menunjukkan melemahnya produksi industri, meskipun ada langkah-langkah pemerintah baru-baru ini yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan.
Pertumbuhan produksi industri melemah pada bulan Juli, dengan ekspansi sebesar 5,1 persen pada bulan itu turun dari 5,3 persen pada bulan Juni dan gagal memenuhi prediksi analis.
Kota-kota besar di Tiongkok juga mencatat penurunan harga real estat bulan lalu, suatu tanda lesunya permintaan.
Permintaan pinjaman bank juga berkontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun, menurut angka resmi yang diterbitkan awal minggu ini.
Tantangan internasional juga meningkat, Uni Eropa dan Amerika Serikat semakin memberlakukan hambatan perdagangan untuk melindungi pasar mereka dari produk Tiongkok berbiaya rendah dan persaingan yang dianggap tidak adil.