Penerbitan obligasi korporasi tetap ada meskipun jumlahnya turun dibandingkan obligasi jatuh tempo karena emiten cenderung memilih untuk membayar obligasi jatuh tempo dengan kas yang dimiliki.
JAKARTA - Penerbitan surat utang korporasi pada 2020 berpotensi turun dari capaian tahun lalu sebesar 122,98 triliun rupiah. Tahun ini, nilai emisi penerbitan obligasi korporasi kemungkinan di angka 100 triliun rupiah, mengingat ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19 di Indonesia.
Direktur Indonesia Bond Pricing Agency, Wahyu Trenggono, mengatakan nilai penerbitan obligasi korporasi tahun ini pasti terevisi karena pandemi Covid-19. Obligasi korporasi yang jatuh tempo tahun ini sekitar 77-80 triliun rupiah.
Sementara posisi yield obligasi korporasi saat ini sangat tinggi sekali. Bahkan, peringkat obligasi AAA (triple A) bertenor lima tahun saja sudah sekitar 8,5-9 persen. Kemudian, rating AA (double A) bahkan BBB (triple B) sudah menyentuh di angka 13 persen.
"Kondisinya berat untuk emiten menerbitkan obligasi dengan yield setinggi itu," ungkapnya kepada Koran Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kalaupun mereka tetap mau menerbitkan obligasi korporasi biasanya karena mereka tidak mempunyai kas di treasury. Emiten tetap akan menerbitkan obligasi, hanya saja tenornya lebih pendek. Untuk itu, penerbitan obligasi korporasi tetap ada, tapi mungkin jumlahnya agak menurun dibandingkan obligasi jatuh tempo, karena ada emiten yang cenderung memilih untuk membayar obligasi jatuh tempo tersebut dengan kas yang dimiliki.
"Kita melihat sensivitasnya akan turun 15-25 persen dari obligasi korporasi yang jatuh tempo. Angkanya mungkin turun jadi 50-60 triliun rupiah, kurang lebih dari penerbitan obligasi jatuh tempo di tahun ini" jelas Wahyu.
Di tengah ekonomi yang stagnan ini, tambahnya, tidak ada kebutuhan mereka untuk menambah modal kerja, atau ekspansi. Sebaliknya, ketika ada utang jatuh tempo diperpanjang lagi tapi melihat yield-nya tinggi sekali, maka pilihannya melunasi obligasi yang jatuh tempo atau menerbitkan obligasi bertenor pendek sekitar 1-2 tahun saja.
Biaya Membengkak
Analis MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra, mengatakan nilai penerbitan obligasi tahun ini bisa direvisi. Sebab dari sisi emiten, kalau tetap memaksakan untuk menerbitkan obligasi maka cost of fund akan cenderung naik. Apabila emiten memiliki posisi kas yang cukup maka lebih baik melunasi utangnya terlebih dahulu.
Secara bisnis, bila outstanding utangnya lebih besar dari kas maka tidak bisa ditempatkan. Semisal lembaga pembiayaan, penempatan dana untuk menyalurkan kredit motor, mobil, dan lainnya tidak bisa sembarangan.
Apalagi sekarang ini yang ada lembaga pembiayaan diminta melakukan restrukturisasi. Artinya, ada penurunan pendapatan, sedangkan dari sisi data tidak bisa memberikan kredit sembarangan.
yni/E-10