JAKARTA - Pergerakan penerbangan domestik akan kembali normal pada pertengahan 2021. Namun, hal itu bergantung masyarakat dan seluruh pihak dalam menyikapi pandemi Covid-19 dan kepatuhan terhadap penerapan protokol kesehatan.

"Kita punya asumsi berdasarkan ICAO dan IATA, trafik internasional kembali normal sekitar pertengahan 2023, paling cepat akhir 2022. Kalau kita bicara Indonesia sedikit berbeda karena Soekarno-Hatta ini hub domestik, trafik domestik sangat tinggi. Mudah-mudahan doa kita semua paling tidak trafik domestik sampai pertengahan tahun depan sudah seperti tahun lalu," kata Dirut PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dalam diskusi daring yang bertajuk Bisnis Bandara Mulai Take Off di Jakarta, Kamis (16/7).

Dia menambahkan, dalam masa pandemi Covid-19 ini, langkah-langkah yang bisa dilakukan agar industri penerbangan, terutama bisnis di bandara tetap berjalan, yakni dengan memanfaatkan slot penerbangan, mengaktifkan rute atau destinasi baru, dan memperbanyak frekuensi.

"Bagaimana memaksimalkan utilisasi slot tugasnya bandara, alat produksi di bandara bagaimana suplai transportasi udara disiapkan. Kalau siap, kemudian bicara demand (permintaan), ini ada di teman-teman maskapai. Kita akan dorong bagaimana menambah frekuensi terbang. Sebelumnya harus ada bagaimana kesiapan rute-rute destinasinya. Masih banyak rute yang sebelumnya diterbangi sekarang dalam cancelled operation bisa karena kesiapan bandara di sana belum siap," tuturnya.

Sosialisasi Keselamatan


Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk menarik permintaan baik pihak bandara maupun maskapai wajib menjamin kepada calon penumpang bahwa penerbangan aman dari infeksi virus.

"Satu hal bagaimana pelaku industri ini menggelorakan safe travel campaign. Orang harus bisa bepergian, melaksanakan tugas-tugasnya dengan jaminan traveling mereka safe. Operasi-operasi di bandara harus menjaminkan kegiatan yang aman, bagaimana di bandara sangat ketat mengatur physical distancing, sanitizing, hygiene, terbebas dari banyak hal tertransmisinya virus. Bandara harus menjadi titik yang tidak memiliki risiko," jelasnya.

Namu, dia mengatakan upaya tersebut tidak bisa dilakukan sendiri, harus ada sinergi baik itu pemangku kepentingan, seperti Kemenhub, Kemenkes, maupun mitra seperti maskapai dan operator navigasi penerbangan.

Ant/E-10

Baca Juga: