Keputusan Pengadilan Eropa (European Court of Justice) tampaknya tidak akan membawa perubahan apapun terhadap kompetisi sepak bola di benua itu dalam waktu dekat. Otoritas liga, klub, perwakilan pemain, dan kelompok suporter menegaskan kembali penolakan terhadap usulan Liga Super.

PARIS - Keputusan Pengadilan Eropa (European Court of Justice) tampaknya tidak akan membawa perubahan apapun terhadap kompetisi sepak bola di benua itu dalam waktu dekat. Otoritas liga, klub, perwakilan pemain, dan kelompok suporter menegaskan kembali penolakan terhadap usulan Liga Super.

Keputusan EJC tersebut menyatakan bahwa federasi sepakbola Eropa atau UEFA, serta federasi sepakbola internasional (FIFA)telah "menyalahgunakan posisi dominan" dengan mengajukan kompetisi baru untuk mendapatkan persetujuan.

"Peraturan FIFA dan UEFA yang membuat proyek sepakbola antarklub baru harus mendapat persetujuan mereka, seperti European Super League dan melarang pemain bermain di kompetisi tersebut, adalah melanggar hukum," bunyi keputusan EJC.

"Bila suatu perusahaan yang berada dalam posisi dominan mempunyai kekuasaan untuk menentukan kondisi di mana perusahaan-perusahaan yang berpotensi bersaing harus dapat mengakses pasar, punya kekuasaan mutlak, mengetahui risiko konflik kepentingan yang ditimbulkannya, harus tunduk pada kriteria yang pasti untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut transparan, objektif, tidak diskriminatif dan proporsional."

"Namun, kewenangan FIFA dan UEFA tidak tunduk pada kriteria apa pun. Oleh karena itu, FIFA dan UEFA menyalahgunakan posisi dominan," lanjut pernyataan tersebut.

Namun keputusan itu tidak menghentikan promotor Liga Super, sebuah perusahaan bernama A22 Sports Management yang mengungkapkan proposalnya untuk kompetisi yang terdiri dari 64 tim dan dibagi menjadi tiga divisi.

"Ini akan berdasarkan prestasi tanpa anggota tetap dan klub tetap berkomitmen terhadap liga domestik mereka," ujar CEO A22, Bernd Reichart.

Namun selain dua klub raksasa Spanyol Barcelona dan Real Madrid yang termasuk di antara kelompok awal yang terdiri dari 12 klub yang gagal memulai liga baru pada bulan April 2021, tidak jelas siapa yang saat ini mendukung rencanaLiga Super.

Sebaliknya, hampir semua orang justru mendukung UEFA untuk melanjutkan format baru Liga Champions yang akan diperkenalkan mulai tahun depan. Kompetisi andalan UEFA ini akan menampilkan 36 klubmusim depan,jumlah itu naik dari 32 klub saat ini. Semua peserta akan tergabung dalam satu liga di mana tim akan memainkan delapan pertandingan, semuanya melawan tim berbeda, dalam apa formatyang dikenal sebagai "sistem Swiss".

Sementara itu, klub-klub papan atas Inggris tidak memiliki keinginan untuk ikut Liga Super bahkan jika mereka secara teoritis mampu bersaing.

"Liga Premier menegaskan kembali komitmennya terhadap prinsip-prinsip jelas kompetisi terbuka yang mendasari keberhasilan kompetisi klub domestik dan internasional," demikian pernyataan Premier League.

Pemerintah Inggris awal tahun ini menerbitkan rencana untuk membentuk regulator sepak bola independen dengan kewenangan untuk memblokir klub-klub bergabung dengan liga yang memisahkan diri. Bayern Munich tetap menentang gagasan Liga Super, begitu pula Paris Saint-Germain, yang presidennya Nasser al-Khelaifi juga menjabat sebagai ketua European Club Association (ECA). ben/AFP/S-2

Baca Juga: