YANGON - Penentang junta Myanmar telah melancarkan serangan roket ke bandara di Ibu Kota Naypyidaw tetapi tidak menimbulkan korban, lapor narasumber keamanan pada Rabu (17/7), setelah terjadi perlawanan yang jarang terjadi terhadap pusat kekuasaan militer.

Penggulingan militer terhadap pemerintahan ikon demokrasi Aung San Suu Kyi dalam kudeta tahun 2021, memicu pertempuran baru dengan kelompok bersenjata etnis minoritas, serta dengan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) yang pro-demokrasi.

"Dua roket menargetkan Bandara Naypyidaw pada pagi hari tanggal 16 Juli," kata narasumber keamanan kepada kantor berita AFP, tanpa menyebut identitasnya.

Dua narasumber keamanan lainnya mengatakan hanya satu roket diluncurkan di bandara tersebut. Ketiga narasumber tersebut mengatakan roket tersebut tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan besar.

Atas laporan ini, reporter AFP tidak dapat menghubungi juru bicara junta untuk memberikan komentar.

Terletak di tengah semak belukar gersang di tengah negara, Kota Naypyidaw yang luas dan dibangun oleh militer adalah lokasi tempat tinggal bagi petinggi junta dan pegawai negeri sipil.

Dengan penjagaan keamanan yang ketat di daerah sekitarnya, kota ini relatif tenang ketika pertempuran antara militer dan lawan-lawannya menghancurkan sebagian besar wilayah negara tersebut.

Namun pada bulan April lalu, kelompok PDF meluncurkan lebih dari selusin drone ke sasaran di Naypyidaw, sehingga bandara tersebut ditutup sementara.

Junta mengatakan serangan PDF itu tidak menimbulkan kerusakan besar. Karena kalah persenjataan dan jumlah, para penentang junta semakin banyak yang menggunakan drone sebagai senjata mereka karena pesawat nirawak ini bisa mengakibatkan dampak yang sangat menghancurkan.

Banyak kelompok yang mengoperasikan drone komersial yang telah dimodifikasi untuk membawa bom yang dapat dijatuhkan di posisi militer.AFP/I-1

Baca Juga: