Kurang tidur dapat mempengaruhi kesehatan mental. Sebab, kurang tidur dan depresi seringkali dikatakan saling berkaitan. Sebuah penelitian terbaru, tidur kurang dari lima jam setiap hari meningkatkan risiko terkena depresi sebanyak 2,5 kali lipat, sementara kemungkinan kurang tidur akibat depresi hanya sepertiganya, demikian ungkap sebuah penelitian terbaru.

"Kami memiliki skenario ayam atau telur antara durasi tidur yang tidak optimal dan depresi, keduanya sering terjadi bersamaan, tetapi mana yang lebih dulu terjadi sebagian besar belum terselesaikan. Dengan menggunakan kerentanan genetik terhadap penyakit, kami menentukan bahwa tidur kemungkinan besar mendahului gejala depresi, daripada kebalikannya," kata penulis utama Odessa S. Hamilton dari UCL Institute of Epidemiology & Health Care, dikutip dari Medical Daily, Rabu (25/10).

Kurang tidur sering dianggap sebagai konsekuensi dari masalah kesehatan mental. Namun, studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Translational Psychiatry menunjukkan adanya hubungan antara tidur pendek yang konsisten dan timbulnya gejala depresi.

Menurut penelitian tersebut, individu dengan kecenderungan genetik yang lebih kuat untuk tidur kurang dari lima jam setiap hari memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi dalam kurun waktu 4-12 tahun. Sementara itu, mereka yang memiliki kecenderungan genetik yang lebih besar untuk mengalami depresi tidak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami tidur yang pendek.

"Para peneliti juga menemukan hubungan antara tidur lama dan mengembangkan gejala depresi, dengan peserta yang tidur lebih dari sembilan jam memiliki kemungkinan 1,5 kali lebih besar untuk mengembangkan gejala depresi daripada mereka yang tidur rata-rata tujuh jam. Namun, gejala depresi tidak terkait dengan tidur lebih lama empat sampai 12 tahun kemudian, yang sesuai dengan temuan genetik," bunyi rilis tersebut.

Temuan ini diperoleh setelah menganalisis data kesehatan dari 7.146 orang yang berpartisipasi dalam English Longitudinal Study of Ageing (ELSA), sebuah studi populasi yang representatif secara nasional di Inggris. Para peneliti mengumpulkan data dari dua survei yang dilakukan dua tahun terpisah, karena durasi tidur dan depresi berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Rata-rata, para peserta tidur selama tujuh jam per malam. Pada awal penelitian, lebih dari 10 persen tidur kurang dari lima jam, yang meningkat menjadi 15 persen pada akhir penelitian. Selama periode ini, proporsi partisipan yang mengalami gejala depresi meningkat dari 8,75 menjadi 11,47 persen.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa depresi 35 persen dapat diturunkan, sementara peluang pewarisannya adalah 40 persen untuk durasi tidur.

"Durasi tidur yang pendek dan panjang, bersama dengan depresi, merupakan kontributor utama terhadap beban kesehatan masyarakat yang sangat dapat diturunkan. Skor poligenik, indeks kecenderungan genetik seseorang untuk suatu sifat, dianggap sebagai kunci untuk mulai memahami sifat durasi tidur dan gejala depresi," ujar Odessa.

Baca Juga: