Sebuah penelitian yang dipimpin PBB menunjukkan lubang di lapisan pelindung ozon di atas Antartika akan pulih sepenuhnya sekitar 40 tahun.

NEW YORK - Sebuah penelitian yang dipimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dirilis pada Senin (9/1) menunjukkan lubang di lapisan pelindung ozon di atas Antartika akan pulih sepenuhnya dalam waktu sekitar 40 tahun. Pemulihan dimungkinkan berkat penghapusan hampir 99 persen zat perusak ozon yang dilakukan secara global.

Dikutip dari Voice of America, laporan yang terbit setiap empat tahun itu dipresentasikan dalam Pertemuan Tahunan ke-103 Komunitas Meteorologi Amerika Serikat (AS) di Denver.

Laporan itu menunjukkan jika kebijakan saat ini terus diterapkan, lapisan ozon diperkirakan akan pulih ke kondisi tahun 1980, sebelum muncul lubang ozon sekitar tahun 2066 untuk bagian di atas Antartika, pada 2045 di atas Kutub Utara, dan pada 2040 untuk wilayah lainnya di seluruh dunia. Kondisi tersebut menunjukkan lubang ozon Antartika perlahan membaik dalam segi luasan lubang dan kedalaman sejak 2000.

Penelitian ilmiah tersebut memantau kemajuan Protokol Montreal, kesepakatan global yang dicapai pada 1987 dan diterapkan pada 1989. Protokol itu dibuat untuk melindungi lapisan ozon Bumi dengan menghapus secara bertahap bahan kimia yang mengurasnya, yang kerap digunakan sebagai propelan dalam produk-produk rumah tangga atau penyejuk udara.

Dalam pernyataan Sekretariat Ozon Program Lingkungan PBB, Meg Seki, mengatakan data pemulihan ozon dalam studi terbaru ini adalah "berita fantastis".

"Dampak dari Protokol Montreal terhadap mitigasi perubahan iklim sangatlah besar," ujar Seki, seraya menyebutkan perjanjian tersebut sebagai "pemenang sejati bagi lingkungan hidup".

Penelitian dan Data

Kajian terbaru itu dibuat berdasarkan studi ekstensif, penelitian dan data yang dikumpulkan para pakar dari Organisasi Meteorologi Dunia PBB; Program Lingkungan PBB; Dinas Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat; Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA); dan Komisi Eropa.

"Keberhasilan kita dalam menghapus bahan kimia pemakan ozon menunjukkan apa yang dapat dan harus dilakukan - sebagai hal yang mendesak - untuk beralih dari bahan bakar fosil, mengurangi gas rumah kaca dan membatasi kenaikan suhu," kata Petteri Taalas, kepala Organisasi Meteorologi Dunia.

Selain klorofluorkarbon, bahan kimia pemakan ozon yang penggunaannya dilarang adalah halon, metil kloroform, karbon tetraklorida, hidroklorofluorokarbon, dan metil bromida pernah melimpah di lemari es, AC, aerosol, pelarut, dan pestisida. Senyawa-senyawa ini menyerang ozon dengan melepaskan atom klorin dan bromin yang menurunkan molekul ozon di stratosfer.

Sejak zat-zat tersebut dilarang, penurunan konsentrasi klorin dan brom telah membantu membatasi paparan manusia terhadap sinar ultraviolet berbahaya dari matahari yang dapat menyebabkan kanker kulit, katarak, dan menekan sistem kekebalan tubuh.

Para ilmuwan memperkirakan pemulihan ozon akan membantu melawan perubahan iklim dan menahan kenaikan suhu Bumi. Menurut laporan capaian ini diperkirakan dapat menghindari pemanasan global 0,3-0,5 derajat Celcius pada tahun 2100.

"Dengan melindungi tanaman dari radiasi ultraviolet, memungkinkan mereka untuk hidup dan menyimpan karbon, itu telah menghindari pemanasan global hingga 1 derajat Celcius," kata kepala PBB Antonio Guterres.

Sebelumnya seperti dikutip dari Antara, tim peneliti Tiongkok menemukan polusi ozon menyebabkan kerusakan yang meluas pada vegetasi. Menurut sebuah makalah yang dipublikasikan dalam jurnal Trends in Ecology & Evolution, ozon terbentuk secara alami di stratosfer dan membantu melindungi Bumi dari sinar yang membahayakan.

Namun, di area-area di bawah stratosfer, ozon merupakan polutan berbahaya yang terbentuk dari reaksi sejumlah senyawa organik volatil dan nitrogen oksida di bawah sinar matahari, demikian menurut studi itu.

"Ozon dapat mempercepat masa berbunga dan memperpanjang durasinya yang memengaruhi interaksi antara tanaman dan penyerbuk," kata Evgenios Agathokleous, profesor di Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi Nanjing.

Evgenios menambahkan polusi ozon juga mengubah warna bunga dan mengganggu sinyal visual penyerbuk. Studi itu juga menunjukkan bahwa polusi ozon dapat merusak daun tumbuhan dengan sangat cepat, menjadikannya sulit berfotosintesis, serta menghasilkan energi untuk pertumbuhannya.

Baca Juga: