Beras memiliki kadar protein tinggi. Itu memberikn nilai nutrisi tambahan pada pengkonsumsi nasi. Dengan konsumsi yang seimbang dan kadar nutrisi yang baik pada beras, maka problem sekitar 750 juta orang yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dari apa yang mereka makan sehari-hari, akan teratasi.
"Ada ratusan juta orang di seluruh dunia yang bergantung pada beras dan mereka mengkonsumsinya tiga kali sehari, tetapi akses mereka terhadap protein sangat terbatas oleh ketersediaan dan biaya," jelas Herry Utomo, seorang profesor di Louisiana State University.
"Beras berprotein tinggi dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah di seluruh dunia dalam masalah sosial, budaya, dan ekonomi," kata Utomo. Dia dan timnya mengembangkan galur protein tinggi dari kultivar padi, 'Frontière,' dua tahun lalu.
Beras ini dikembangkan melalui proses pemuliaan tradisional. Menurut Utomo, padi dengan protein tinggi ini adalah padi panjang berprotein tinggi pertama yang dikembangkan untuk digunakan di manapun di dunia.
Rata-rata, ia memiliki kandungan protein 10,6 persen, atau meningkat 53 persen dari kandungan protein aslinya. Galur padi ini juga membutuhkan lebih sedikit panas, waktu, dan biasanya lebih sedikit untuk air saat memasak.
Kultivar protein tinggi ini saat ini dipasarkan sebagai beras "Cahokia". Ini ditanam secara komersial di Illinois. Di sisi lain, mengembangkan tanaman agar mendapatkan lebih banyak nutrisi seperti protein, dapat menyebabkan hasil panen menjadi turun.
Para peneliti mencoba untuk memerangi ini. Mereka menguji total 20 galur baru beras protein tinggi untuk melihat apakah ada yang akan memiliki hasil lebih tinggi.
Data mereka menunjukkan bahwa galur protein tinggi baru meningkatkan hasil sebesar 11-17 persen dibandingkan dengan hasil dari jenis protein tinggi pertama. Karakteristik kualitas biji-bijian berbeda.
Utomo mengatakan galur lanjutan baru ini, dengan hasil lebih tinggi, siap untuk proses pengujian akhir lapangan sebelum rilis.
Utomo menambahkan, para peneliti mengembangkan beras berprotein tinggi karena pasar yang berkembang untuk produk-produk baru yang dapat menawarkan nilai gizi lebih dari tanaman pangan utama, termasuk beras.
Selain dimakan mentah, beras berprotein tinggi dapat diolah menjadi makanan khusus untuk nutrisi yang lebih tinggi. Banyak produk - mulai dari tepung beras yang digunakan dalam makanan yang dipanggang hingga susu beras, makanan bayi, sereal, dan kerupuk - mengandung beras, dan dapat mengambil manfaat dari lebih banyak protein.
"Kami sekarang mempelajari persis bagaimana tepung dari bakes nasi ini berbeda dari tepung beras lainnya," kata Utomo. "Ketertarikan pada produk panggang bebas gluten terus tumbuh. Ini akan menghadirkan kesempatan lain bagi petani padi untuk memberi konsumen apa yang mereka cari," tambah dia.
Masih menurut Utomo, langkah selanjutnya berjalan dalam dua arah, "Karena galur asli baru ke pasar, jalur pemasaran harus diberlakukan. Secara paralel, penelitian untuk generasi berikutnya dari galur beras protein tinggi sedang dilakukan," Utomo melanjutkan.
Para peneliti berharap jalur baru ini pada akhirnya dapat dibeli dan ditanam oleh lebih banyak petani di seluruh dunia. "Petani tidak perlu banyak perubahan untuk menanam galur protein tinggi sekarang di pasar," kata Utomo.
"Protein yang lebih tinggi adalah nilai tambah luar biasa yang bisa mereka dapatkan tanpa biaya tambahan atau perubahan praktik bercocok tanam padi selama ini," tegas Utomo.
nik/berbagai sumber/E-6