Meski sebagian besar jamur hidup pada suhu yang lebih dingin dan karenanya tidak menginfeksi manusia, para peneliti menemukan bahwa beberapa spesies jamur berhasil tumbuh pada suhu yang lebih hangat

Peneliti mikrobiologi yang mengkhususkan diri pada penyakit jamur di Johns Hopkins, Arturo Casadevall mengatakan, perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir dapat membawa infeksi jamur baru pada manusia.

Jamur bernama Candida auris misalnya. Casadevall menjelaskan Candida auris telah menyebabkan infeksi serius. Pasalnya, jamur jenis ini diketahui dapat hidup di usus manusia sebagai bagian dari mikrobioma. Mereka bahkan dapat lolos ke dalam darah dan organ saat kita sakit dengan kondisi serius.

Menurut studi bertajuk The rise of Candida auris: from unique traits to co-infection potential, Candida auris adalah patogen jamur multidrug resisten (MDR) dengan risiko kematian 30 persen hingga 60 persen. Artinya, jamur jenis ini resisten terhadap hampir semua obat antijamur.

Pertama kali diidentifikasi pada tahun 2009, Candida auris dengan cepat muncul menjadi risiko global dan dinyatakan sebagai ancaman kesehatan yang mendesak oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Infeksi Candida auris dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan infeksi serius pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Melansir laman The Conversations, infeksi Candida auris mirip dengan sepsis, di mana jamur masuk ke dalam darah dan organ manusia yang mencegahnya bekerja dengan baik.

Menyadur The Washington Post, jamur Candida auris telah dilaporkan muncul secara bersamaan di berbagai benua dan menyebar ke Amerika Serikat (AS), menginfeksi banyak pasien Covid-19 di rumah sakit.

Kemampuan Candida auris untuk tumbuh pada suhu yang lebih tinggi hingga 42 derajat Celcius dan kemunculannya di tiga benua, membuat banyak peneliti berteori bahwa pemanasan iklim global mungkin telah berkontribusi terhadap kenaikannya.

Dalam sebuah makalah yang membandingkan kerentanan suhu Candida auris dengan kerabat dekatnya, Casadevall menunjukkan bahwa fenomena itu bisa menjadi "contoh pertama penyakit jamur baru" yang muncul dari perubahan iklim modern.

"Jamur akan beradaptasi dengan iklim yang lebih hangat dengan mengembangkan toleransi panas yang lebih besar," kata Casadevall.

"Beberapa kemudian dapat tumbuh pada suhu manusia dan menyebabkan penyakit jamur baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya," sambungnya.

Risiko inilah yang coba diangkat dalam serial post apocalypticterbaru "The Last of Us" yang diadaptasi dari video game dengan judul yang sama.

The Last of Us menceritakan 20 tahun setelah infeksi spesies jamur Cordyceps. Diceritakan, jamur tersebut ternyata merupakan spora beracun yang didalamnya terdapat sebuah virus yang mampu menginfeksi manusia dan membuat mereka berubah menjadi haus darah seperti zombie.

David Hughes, seorang ahli entomologi yang membagikan penelitian jamurnya dengan pembuat video game "The Last of Us" menjelaskan bahwa infeksi jamur pada manusia dapat meningkat dan menyebar lebih cepat pada iklim yang lebih hangat.

Namun, serial HBO itu tidak membicarakan jamur Candida auris melainkan jamur Cordyceps yang merupakan genus jamur parasit yang tumbuh pada larva serangga.

Mengutip situs WebMD, sebagian besar spesies Cordyceps adalah endoparasitoid, parasit terutama pada serangga dan artropoda lainnya. Ketika jamur Cordyceps menyerang inangnya, mereka akan mengganti jaringan sang inang dan menumbuhkan batang panjang dan ramping yang tumbuh di luar tubuh inang.

Potensi Infeksi Jamur

Walau dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, orang-orang pada umumnya tidak mengalami perjumpaan dengan jamur yang begitu gamblang.

Di antara 1,5 hingga 5 juta spesies jamur yang ada di dunia, hanya beberapa ratus di antaranya yang dapat membuat orang sakit. Kebanyakan kasus juga melibatkan orang dengan gangguan kekebalan atau autoimun yang tidak memiliki sistem kekebalan yang kuat untuk melawan infeksi jamur tersebut.

Sekalipun mampu beradaptasi dan tumbuh pada suhu yang lebih hangat, kecil kemungkinannya bagi infeksi jamur untuk menyerang ke seluruh populasi dengan cara yang sama seperti virus.

Associate Professor Imunologi dan Imunoterapi di University of Birmingham, Rebecca A. Drummond menelaskan, sebagian besar infeksi jamur tidak seperti penyakit menular lainnya karena seseorang yang terinfeksi biasanya tidak dapat menularkannya kepada orang lain.

Itu karena sebagian besar infeksi jamur cenderung hanya menginfeksi orang dengan faktor risiko tertentu seperti orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Terlebih, infeksi jamur dimulai di paru-paru yang terjadi setelah seseorang menghirup spora jamur di udara.

Meskipun kita menghirup ratusan spora jamur setiap hari, kita hampir tidak pernah sakit karena sistem kekebalan kita sangat efisien dalam menghancurkan spora.

Baca Juga: