Jakarta - Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda sepakat agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbenah dan kerja keras melakukan inovasi dan transformasi untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi.
Nailul Huda mengungkapkan, penyakit impor pangan sudah mencengkeram sejak dari dahulu. "Salah satu sebabnya adalah masih suburnya pemburu rente di dalam sistem pangan kita," kata Nailul Huda kepada Koran Jakarta, Rabu (21/9).
Pendapat itu disampaikan Nailul Huda menanggapi pernyataan Wakil Menteri I BUMN Pahala N Mansury yang meminta BUMN agar melakukan perubahan untuk mencapai ketahanan pangan dan energi nasional, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung dengan produk impor.
Pahala dalam acara peluncuran produk hasil riset Indonesia Plantation & Forestry Reseach Institute, Rabu di Jakarta. Dalam kesempatan itu, Pahala menyebutkan harapan Presiden Joko Widodo terhadap BUMN untuk menjawab tantangan ancaman krisis pangan dan energi dunia yang akan berdampak pada Indonesia.
Menurut Nailul Huda, penugasan BUMN agar lebih fokus untuk mendukung ketahanan pangan dan energi itu seharusnya dari dulu. Namun demikian, tidak ada istilah terlambat. Keberadaan BUMN ini harus segera dioptimalkan dengan didukung regulasi yang mendukung iklim peningkatan kapasitas produksi nasional, baik di bidang pertanian maupun energi.
Salah satu contohnya yang mendesak, kata Nailul, adalah produk kedelai. Faktor rente memegang peran penting dalam importisasi kedelai selama beberapa dekade.
"Keuntungan dari impor bahan pangan ini sungguh besar, dimana memang ada pihak yang memang sangat diuntungkan. Karenanya, impor kedelai terus berjalan dan pengembangan kedelai lokal tidak berkembang," kata Nailul.
Khusus impor kedelai memang besar dan sangat menggiurkan bagi pencari rente. Pasar impornya masih 90 persen. Jadi, berapapun yang diimpor ya pasti ada yang beli. Lokal cuman 10 persen gak bakal bisa mengimbangi pangsa pasar impor,"paparnya
Karenanya lanjut dia, BUMN kita harus bisa ambil alih pasar yang jelas, kendati cukup berat bersaing dengan peritel dan importir besar. Kalah dari sisi jangkauan, skala usaha hingga bagaimana mereka men-reach produsen (petani).
Meskipun cukup berat untuk bisa ke sana maka, menurut Nailul, seharusnya BUMN mencoba fokus pada riset and developtmenr (RnD) produk pertanian. Agar bisa menciptakan nilai tambah produk pertanian. "Efeknya, anggaran RnD harus ditingkatkan,"tukasnya. (Ers)