Analisa tim misi Double Asteroid Redirection Test (DART) menunjukkan bahwa misi uji pertahanan planet pertama yang melibatkan teknik defleksi asteroid yang dikenal sebagai "penabrak kinetik", terbukti efektif dalam mengubah lintasan asteroid, sekaligus mencegah serangan asteroid terhadap Bumi di masa depan.

Sebagai informasi, DART NASA telah berhasil mengenai asteroid moonlet Dimorphos pada 26 September dan mengubah orbit asteroid tersebut selama 33 menit. Sejak saat itu, tim DART telah bekerja keras menganalisis data yang dikumpulkan dari misi uji pertahanan planet pertama itu. Temuan itu disebut menambah pemahaman mendasar manusia tentang asteroid dan membangun landasan bagaimana umat manusia dapat mempertahankan Bumi dari asteroid yang berpotensi berbahaya dengan mengubah jalurnya.

Pada makalah pertama terkait hasil analisa misi, demonstrasi sukses teknologi penabrak kinetik DART secara rinci merekonstruksi dampak itu sendiri, melaporkan garis waktu yang mengarah ke dampak, menentukan secara rinci lokasi dan sifat situs dampak, dan mencatat ukuran dan bentuk Dimorphos. Para penulis, yang dipimpin oleh Terik Daly, Carolyn Ernst, dan Olivier Barnouin dari Johns Hopkins Applied Physics Laboratory (APL), mencatat keberhasilan penargetan otonom DART terhadap asteroid kecil merupakan langkah pertama yang penting dalam pengembangan teknologi penabrak kinetik sebagai kemampuan operasional yang layak untuk pertahanan planet.

Temuan itu menunjukkan mencegat asteroid dengan diameter sekitar setengah mil, seperti Dimorphos, dapat dicapai tanpa misi pengintaian terlebih dahulu, meskipun pengintaian awal akan memberikan informasi berharga untuk merencanakan dan memprediksi hasilnya. Pada makalah lainnya, tim investigasi, yang dipimpin oleh Cristina Thomas dari Northern Arizona University, sampai pada dua pengukuran yang konsisten dari perubahan periode dari tabrakan kinetik Perubahan besar ini menunjukkan mundurnya material yang digali dari asteroid dan terlontar ke luar angkasa oleh tumbukan yang dikenal sebagai ejecta.

Dalam makalah ketiga, tim investigasi yang dipimpin oleh Andrew Cheng dari APL menghitung perubahan momentum yang ditransfer ke asteroid sebagai akibat dari dampak kinetik DART dengan mempelajari perubahan periode orbit Dimorphos. Mereka menemukan bahwa tabrakan tersebut menyebabkan perlambatan seketika dalam kecepatan Dimorphos di sepanjang orbitnya sekitar 2,7 milimeter per detik yang lagi-lagi menunjukkan hentakan dari ejecta memainkan peran utama dalam memperkuat perubahan momentum yang langsung diberikan ke asteroid oleh pesawat ruang angkasa.

Temuan ini memvalidasi keefektifan dampak kinetik untuk mencegah serangan asteroid di Bumi di masa mendatang.

Nilai ilmiah DART melampaui validasi penabrak kinetik sebagai alat pertahanan planet. Dengan menabrak Dimorphos, misi tersebut telah membuka jalan baru dalam studi asteroid. Dampak DART menjadikan Dimorphos sebagai "asteroid aktif", sebuah batuan luar angkasa yang mengorbit seperti asteroid tetapi memiliki ekor materi seperti komet yang dirinci dalam makalah keempat yang dipimpin oleh Jian-Yang Li dari Planetary Science Institute.

Meskipun para ilmuwan telah mengusulkan bahwa beberapa asteroid aktif merupakan hasil dari peristiwa tumbukan, hingga saat ini belum ada yang pernah mengamati aktivasi asteroid. Sementara itu, misi DART mengaktifkan Dimorphos di bawah kondisi tumbukan yang diketahui dan diamati dengan cermat, memungkinkan studi mendetail tentang pembentukan asteroid aktif untuk pertama kalinya.

"DART, sebagai eksperimen tumbukan skala planet yang terkontrol, memberikan karakterisasi terperinci dari target, morfologi ejecta, dan seluruh proses evolusi ejecta," tulis para penulis seraya menekankan bahwa DART akan terus menjadi model untuk studi asteroid yang baru ditemukan yang menunjukkan aktivitas yang disebabkan oleh dampak alam.

Baca Juga: