Selain krisis karena tengah menghadapi gelombang ketiga Covid-19, kini diberitakan bahwa Singapura juga sedang mengalami 'resesi seks'. Bukan tanpa alasan, itu karena jumlah pernikahan turun drastis ke level terendah dalam 34 tahun terakhir.

Selain itu, kelahiran warga juga terjun ke level terendah dalam tujuh tahun. Pandemi Covid-19 ditengarai menjadi penyebab utama turunnya aktivitas seksual penduduk Singapura.

Seperti yang dilansir Channel News Asia (CNA), di 2020 hanya ada 19.430 pernikahan yang tercatat. Ini menunjukkan pernikahan di negara tersebut turun 12,3 persen, karena di 2019 ada 22.163 pernikahan.

"Pembatasan pertemuan besar pada tahun lalu bisa menyebabkan pasangan menunda pernikahan mereka," ujar rilis Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional Singapura.

Selain itu, Covid-19 yang melanda Singapura juga mengurangi berkurangnya keputusan untuk menjadi orang tua. Di 2020, hanya ada 31.816 angka kelahiran, atau turun 3,1 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 32.844.

Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak 2013. Padahal rata-rata terjadi 32.500 kelahiran dalam medio 2016-2020.

Badan kependudukan Singapura juga mengungkapkan, pada survei yang dilakukan terhadap 4.000 orang di Juni 2020, beberapa responden mengatakan mereka menunda pernikahan dan menjadi orang tua.

Keterangan tersebut juga mengatakan bahwa kekhawatiran ini terkait kondisi kesehatan dan ekonomi saat Covid-19.

"Karena kekhawatiran tentang kondisi kesehatan dan ekonomi masyarakat yang tidak pasti," ujar otoritas itu seraya menyebut masih menelaah dampak Covid. Kami terus menghadapi tantangan struktural jangka panjang dengan tingkat kelahiran kami yang rendah, serupa dengan masyarakat maju lainnya," ujarnya.

Baca Juga: