JAKARTA- Pemerintah telah menyusun program untuk menyambut bonus demografi yang puncaknya akan terjadi pada 2030. Caranya memperkuat pendidikan vokasi. Ini penting sebab setiap tahun dibutuhkan 3,8 pekerja baru.

Kendatipun pekerjaan konvensional banyak yang hilang, namun pekerjaan baru menambah serapan pekerja. Makanya dibutuhkan pendidikan yang link and match dengan industri.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nunung Nuryantono mengatakan salah satu program yang digencarkan pemerintah untuk menyambut bonus demografi adalah melalui Perpres Nomor 68 Tahun 2022.

"Perpres ini secara khusus menekankan upaya untuk mendorong pendidikan vokasi," ungkapnya dalam acara Dialog Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau secara daring, Senin (5/2).

Selain Perpres Nomor 68 Tahun 2022, Nunung juga menyebut Permenko Nomor 6 Tahun 2022. Permenko ini merupakan turunan dari Perpres Nomor 68 Tahun 2022.

"Kemudian juga di bawahnya ada diturunkan melalui Permenko Nomor 6 Tahun 2022. Jadi, dua rujukan ini menjadi penting terutama pada saat generasi kita masuk di dunia kerja untuk melihat bagaimana kesiapan keterampilan yang match dengan yang dibutuhkan oleh dunia usaha," tutur Nunung.

Dia juga menegaskan Kemenko PMK memiliki tugas dan fungsi (tupoksi) dalam tiga hal di antaranya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian terhadap program-program yang berkaitan dengan pembangunan manusia dan kebudayaan.

Program-program yang mencakup human life cycle of development di antaranya mulai dari prenatal, lahir hingga masuk ke usia produktif bahkan lansia.

"Apa yang sudah dilakukan di dalam konteks penyiapan sumber daya manusia ini menjadi hal yang sangat penting, mulai dari pendekatan prenatal sudah disiapkan. Makanya ada persoalan-persoalan bagaimana mengurangi stunting," terang Nunung.

Ia melanjutkan memang masih ada hal yang yang perlu disempurnakan, terutama dalam hal keterbukaan informasi antara dunia kerja dengan pendidikan. Pasalnya, tidak mudah menyiapkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Karena itu, basis informasi antara dunia kerja dengan pendidikan ini menjadi sangat penting terkait apa yang dibutuhkan, di situ kemudian kita dorong.

Terkait kesempatan kerja ini, dia mengatakan perlu penambahan skill, kemudian juga upskilling, reskilling, dan seterusnya melalui pendekatan keterampilan sekolah vokasi.

Dia mengatakan pemetaan pembangunan SDM tak lepas dari pertumbuhan ekonomi. Dia menyebut penting untuk melihat elastisitas satu persen pertumbuhan ekonomi itu mampu menyerap sejumlah pekerja.

"Kalau itu kita bisa lihat, kemudian kita petakan dengan siklus pembangunan manusia, skill apa yang diperlukan," tutur Nunung.

Dia menyebut bila terdapat satu persen pertumbuhan ekonomi, maka pekerja yang bisa diserap mencapai 600 ribu. Saat ini, tinggal melihat berapa persen sebenarnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Dalam siklusnya tadi kita menyiapkan Perpresnya sudah ada, Permenkonya sudah ada, keterampilan-keterampilan apa, kemudian bagaimana satu peta pendidikan itu dihubungkan juga dengan satu peta dari kebutuhan lapangan pekerjaan," tutur Nunung.

Baca Juga: