Kemendikbudristek menghadirkan pendidikan inklusif untuk mengatasi learning loss akibat dari dampak pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir.

JAKARTA - Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Iwan Syahril, mengatakan pendidikan inklusif mampu mengatasi learning loss atau kehilangan kesempatan belajar. Suatu kondisi akibat dampak negatif pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir.

"Pendidikan berbasis keterbukaan dan toleransi kepada masyarakat perlu dijalankan untuk mengejar ketertinggalan akibat learning loss," ujar Iwan, dalam siaran video, di Jakarta, Kamis (7/7).

Iwan memastikan, Indonesia menghadirkan pendidikan inklusif untuk memulihkan dampak Pandemi Covid-19 sektor pendidikan. Menurutnya, pendidikan inklusif akan menjadi fondasi yang baik dalam memperbaiki dunia pendidikan.

"Prinsip-prinsip inklusif ini menjadi salah satu upaya, menjadi fondasi ketika kita nanti membuat kebijakan-kebijakan atau program-program pemulihan pendidikan," jelasnya.

Lebih lanjut, Chair of Education Working Group (EdWG) dalam Presidensi G20 itu menawarkan ide tersebut kepada negara-negara G20. Menurutnya, semua negara peserta G20 menyepakati ide tersebut.

Iwan menekankan, peran pemerintah harus lebih maksimal untuk mencapai pendidikan inklusif. Kelompok-kelompok yang terdampak besar oleh pandemi harus diberi perhatian lebih. "Untuk mencapai semua itu, prinsip inklusif ini kita harus benar-benar menjadi sensitif," katanya.

Dia mengakui menjalankan pendidikan inklusif untuk pemulihan pendidikan bukan hal mudah. Dia menekankan pentingnya gotong royong untuk menghadirkan pendidikan inklusif.

Peran Guru
Iwan juga menekankan, wajib hukumnya bagi tenaga pendidik memahami kompetensi peserta didik sebelum mengawali pembelajaran guna memudahkan penentuan metode ajar yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Dalam mengimplementaskan Kurikulum Merdeka, tahapan pertamanya adalah penerapan asesmen awal pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi.

Dia menyebut, ada angket untuk membantu satuan pendidikan menilai tahap kesiapan dirinya sebelum menggunakan Kurikulum Merdeka. Dengan melakukan asesmen di awal pembelajaran, guru dapat mengumpulkan dan mengolah informasi siswa.

Selanjutnya, kata dia, guru dapat memberikan intervensi pengajaran dan beragam aktivitas pembelajaran sesuai dengan level pembelajaran tersebut.

Syahril mengatakan pandemi Covid-19 telah memperparah krisis pembelajaran. "Pandemi telah memperparah krisis pembelajaran yang memang sebelumnya telah ada. Terutama pada kelompok-kelompok rentan yang berisiko mengalami kehilangan kesempatan belajar," ujar.

Dia menambahkan pandemi tersebut telah membuat. sekolah-sekolah ditutup dan menyebabkan 1,6 miliar siswa terkena dampak. Sebagian besar negara di dunia menerapkan pendidikan jarak jauh, akan tetapi sebagian juga terkendala infrastruktur. Oleh karenanya perlu upaya mengendalikan risiko secara bersama-sama.

Baca Juga: