Judul : Kristologi: Tinjauan
Historis-Sistematik
Penulis : Mgr Adrianus Sunarko
OFM
Penerbit : Obor
Terbit : 2017
Tebal : xxiv + 468 Halaman
ISBN : 978-979-565-800-9

Dia adalah Firman Allah yang menjadi sungguh Manusia dan bahwa Dia adalah kepenuhan Wahyu serta Penyelamat seluruh umat manusia dan segenap ciptaan.

Berangkat dari istilah "metode historis- kritis," akan terpaku istilah "metode" yang secara sederhana dapat dimengerti sebagai cara, jalan, dan sikap. Namun, Wismoady Wahono, seorang penganut metode historis-kritis sendiri mengakui, sebenarnya studi ini memiliki pengertian kurang jelas. Dalam penilaian posisi studi demikian, Wahono tetap memberi pengertian, studi kritis terhadap Alkitab adalah usaha sistematis memahami Alkitab.

Caranya, memeriksa, mempelajari, dan menerangkan bentuk, isi serta latar belakang dengan memanfaatkan jasa-jasa pengetahuan. Wismoady menilai bahwa ini sebagai studi yang berdampak positif dan bukan seperti yang kebanyakan orang dan kalangan menilai bahwa studi ini negatif. Tulisan Perjanjian Baru (PB) merupakan manifesto Kristologi. Ini berarti informasi tentang Yesus harus dihadapi dengan skeptisisme historis sistematis.

Kita harus membedakan unsur-unsur yang secara sejarah bisa diterima dan tidak bisa lagi diterima. Para penafsir harus berusaha (a) memahami kisah PB tentang Yesus dari masyarakat Kristen sesudah wafat- Nya, (b) membedakan unsur-unsur yang secara sejarah bisa diterima dan tidak, dan (c) menjelaskan alasan orang Kristen merasa perlu merumuskan, mempertahankan, menyampaikan, dan mencatat semua unsure.

Ini baik yang benar menurut sejarah maupun tidak. Inilah yang disebut metode historis-kritis. Mgr Adrianus Sunarko OFM melihat, metode historis-kritis merupakan pendekatan terhadap Alkitab melalui pengertian objektif ilmiah yang melahirkan metode historis-kritis. Ini sebuah metode penafsiran yang dibimbing beberapa presuposisi filsafat yang sangat krusial. Diwariskan dari asumsi rasionalistik abad 17 yang menggunakan pikiran manusia, bebas dari batasan teologi sebagai alat yang sangat baik dalam studi Alkitab.

Buku menginformasi hal-hal mendasar tentang Yesus Kristus yang diimani sebagai sungguh Firman Allah yang menjadi Manusia. Dia juga diimani sebagai kepenuhan Wahyu dan Penyelamat seluruh umat manusia serta segenap ciptaan. Sebagaimana sebuah tinjuan kristologis, buku di satu pihak berciri historis. Akan diperlihatkan secara terbatas keanekaragaman refleksi tentang Yesus Kristus dari zaman ke zaman.

Sejak awal sejarah kekristenan hingga zaman kontemporer. Buku juga memiliki ciri sistematis. Tidak semua berkaitan dengan peristiwa Yesus Kristus yang sangat kaya itu akan diuraikan secara detail. Pokok perhatian akan diberikan pada unsur inti iman Kristiani akan Yesus Kristus: bahwa Dia adalah Firman Allah yang menjadi sungguh Manusia dan bahwa Dia adalah kepenuhan Wahyu serta Penyelamat seluruh umat manusia dan segenap ciptaan.

Kitab Suci menegaskan, kehidupan dan kematian dua realitas eksistensial yang harus dijalani (2 Sam 1: 23; Ams 18: 21). Kematian hakikatnya sebagai penarikan kembali napas kehidupan atau Roh Allah dari dalam kehidupan manusia (Ayb 34: 14-15). Manusia dianggap sudah mati, ketika napas kehidupan tidak ada dalam tubuhnya (1 Raj 17: 17). Dalam konteks PB, kematian lebih dimengerti sebagai mati bersama Kristus dengan harapan akan bangkit bersama-Nya. Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi mengungkapkan, arti kematian Kristen.

Bahwa oleh Kristus kematian itu memiliki arti yang lebih positif "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Flp 1: 21). Dengan ini Paulus menampilkan dimensi baru kematian. Dengan demikian para sarjana melihat Alkitab bukan lagi sebagai Penyataan khusus Allah kepada manusia, namun seperti buku dan dokumen lainnya. Metode historis-kristis juga memiliki presuposisi dengan worldview naturalistik yang menjelaskan dalam pengertian hukum alam dan mengeluarkan kemungkinan intervensi supranatural.

Alkitab meletakkan kontribusi besar dalam moral dan nilai etis bukan sebagai pengajaran teologis. Hal supranatural diartikan sebagai sesuatu yang melampaui materi seperti etika. Searah dengan itu, Barry D Smith menegaskan akan metode historis-kritis sinonim dengan pendekatan scientific (wissenschaftlich), sebagai oposisi terhadap pendekatan dogmatik Gereja.

Diresensi Kunar, Alumnus Undip Semarang

Baca Juga: