FAA telah menyetujui pendaratan dengan mesin dimatikan atau dengan cara melayang di bandara sibuk. Dengan perhitungan yang tepat, pendaratan pesawat secara melayang dilakukan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar, emisi karbon dioksida, dan kebisingan.

FAA telah menyetujui pendaratan dengan mesin dimatikan atau dengan cara melayang di bandara sibuk. Dengan perhitungan yang tepat, pendaratan pesawat secara melayang dilakukan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar, emisi karbon dioksida, dan kebisingan.

Sebelas bandara Amerika Serikat (AS) berencana mengadopsi cara baru untuk mendaratkan pesawat yang mengurangi emisi dan semua kebisingan dengan membuat pesawat yang hendak mendarat mematikan mesinnya. Meski mesin telah dimatikan namun masih dapat melayang ke landasan seperti paraglider.

Mendarat dengan cara melayang (gliding) bahkan telah disetujui Administrasi Penerbangan Federal AS (Federal Aviation Administration/FAA). Lembaga ini pada Senin (30/1) pekan lalu mengumumkan bahwa pesawat mendarat di bandara Orlando, Florida, Omaha, Nebraska dan enam bandara di Florida selatan dapat mendarat di landasan pacu dengan cara melayang.

Ini adalah metode yang disebut Penurunan Profil yang Dioptimalkan (Optimized Profile Descent). Sebelumnya sebanyak 60 bandara di AS sudah menerapkannya untuk menciptakan efisiensi bahan bakar dan juga mengurangi emisi karbon dioksida (CO2).

Secara tradisional, pesawat melakukan "penurunan bertahap" (staircase descents) dimana pengendali lalu lintas udara mengarahkan pilot ke ketinggian yang lebih rendah dalam beberapa langkah perantara sebelum pendaratan lengkap dengan cara melayang. Tujuannya untuk menghindari tabrakan di wilayah udara yang sibuk.

Cara baru untuk mendarat dengan membiarkan pesawat melayang dari ketinggian jelajah dapat menghindari pembakaran bahan bakar yang tidak perlu saat melakukan penurunan bertahap. Tidak hanya mengurangi emisi karbon dioksida, pendaratan dengan caraglidingjuga akan menurunkan tingkat kebisingan.

Maskapai rata-rata akan menghemat 90.000 galon bahan bakar dan mengurangi emisi sebesar 27.000 ton per tahun, yang setara dengan jumlah bahan bakar yang digunakan oleh 62 penerbangan Boeing 737 antara New York dan Cleveland atau emisi karbon tahunan lebih dari 1.600 rata-rata orang Amerika digabungkan.

"Semuanya hening selama turun, membakar bahan bakar minimum, membuat kebisingan minimum, dan menciptakan emisi minimum," kata John-Paul Clarke, seorang profesor teknik kedirgantaraan dan mekanik di University of Texas, Austin. "Jadi ini adalah kemenangan, kemenangan, kemenangan dan kemenangan," imbuh dia bersemangat.

Pendaratan hemat bahan bakar seperti itu tidak mungkin dilakukan di banyak bandara tersibuk di negara ini karena masalah keamanan. Tanpa model yang pasti untuk menghitung kecepatan turun dan ketinggian pesawat yang berbeda dengan berbagai ukuran dan bentuk, terlalu berbahaya untuk membiarkan mereka meluncur ke landasan.

"Semua orang tahu sejak awal bahwa jika saya menjelajah, menunggu sampai menit terakhir dan melakukanidle descent, itu akan membakar lebih sedikit bahan bakar," kata Clarke. "Masalahnya adalah ketika Anda memiliki 50 pesawat yang masuk ke bandara, melakukan itu sangat sulit," kata dia pada lamanScientific American.

Yang berubah adalah model yang dibuat Clarke dan rekan-rekannya di awal tahun 2000-an. Pendekatan ini pertama kali diterapkan di Bandara Internasional Los Angeles, dan sekarang digunakan di 64 bandara di seluruh negeri, termasuk di Atlanta, Denver, Houston, Miami, Seattle, District of Columbia, dan Las Vegas, yang memungkinkan pesawat terbang dengan mulus secara terus menerus saat mendarat.

Kesulitan mengatur wilayah udara Amerika yang sibuk, bagaimanapun, mempersulit lebih banyak bandara untuk mengadopsiOptimized Profile Descent, kata Clarke. Karena wilayah udara mana pun seperti "keju Swiss" dengan pesawat yang lewat di bawah dan di atasnya, sehingga untuk mengadopsi pendekatan baru untuk mendarat ini berarti menyesuaikan dan mendesain ulang lusinan, bahkan ratusan, rute penerbangan. Saat ini pun perubahan itu masih terjadi dilakukan secara perlahan.

"Kami berinvestasi di seluruh sistem untuk memberi pengalaman perjalanan terbaik kepada penumpang," kata penjabat administratur FAA Billy Nolen dalam sebuah pernyataan. "Era penurunan berombak akan segera berakhir, memberikan pendaratan yang lebih mulus dan menghemat bahan bakar dalam prosesnya," kata Noleb dikutip lamanTraveller.

Rancang Metode Baru

Selain di AS pendaratan dengan cara melayang juga dilakukan di Eropa. Armada maskapai penerbangan Scandinavian Airlines System mengatakan pada 2019 telah merancang metode pendaratan baru tersebut untuk memangkas konsumsi bahan bakar dan emisi karbon dioksida.

Teknik baru, dengan melayang mengikuti rute optimal yang dipetakan oleh satelit, dapat menghemat sekitar 100 kilogram bahan bakar pada mesin jet bermesin ganda. Jumlah ini setara dengan sekitar 300 kilogram karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer saat bahan bakar dibakar.

"Kami menang dalam dua lini," kata Thomas Midteide, juru bicara SAS Norwegia, maskapai penerbangan Norwegia yang dijalankan oleh grup tersebut. "Di satu sisi, kami menghemat bahan bakar, di sisi lain, kami mengurangi emisi CO2 (karbon dioksida)," tutur dia.

Karbon dioksida secara luas dianggap sebagai gas rumah kaca utama yang dianggap berkontribusi terhadap perubahan iklim. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, sebuah badan ilmiah yang menilai perubahan iklim, mengatakan transportasi udara menghasilkan dua persen dari semua emisi karbon dioksida dari manusia dan 13 persen CO2 dari transportasi.

Metode pendaratan baru melibatkan mesin pesawat yang ditempatkan pada posisi netral saat mendarat, membiarkan pesawat meluncur mengikuti rute yang dipetakan oleh satelit. Tepat sebelum pesawat mendarat, pilot mengambil kendali lagi.

Metode tradisional membuat pilot mengendalikan pesawat secara manual saat turun secara bertahap di area yang luas, yang menggunakan bahan bakar dalam jumlah besar. Namun teknik baru ini tersebut masih dalam pengujian di simulator. Rencananya hal tersebut akan dicoba di Boeing 737 di Bandara Tromso, Norwegia utara.

Jika ide tersebut disetujui oleh otoritas penerbangan sipil, ide tersebut dapat diperkenalkan ke maskapai penerbangan yang dijalankan oleh grup Skandinavia tersebut. Armada maskapai tersebut percaya bahwa metode tersebut akan paling cocok untuk bandara yang lebih tenang yang dikelilingi perbukitan atau pegunungan. hay/I-1

Baca Juga: