Pemerintah India resmi melarang ekspor gandum akibat konflik perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai. Keputusan tersebut diambil demi melindungi ketahanan pangan meskipun ada kekhawatiran akan terjadi inflasi.

Dengan keputusan tersebut, para petani dan pedagang di India marah karena tidak mendapat rejeki nomplok ditambah lagi harga domestik yang anjlok.

Bersama dengan Ukraina dan Rusia, India berada di lima besar pengekspor gandum tertinggi di dunia. Setiap tahun, ribuan petani dari berbagai daerah penghasil gandum mengekspor produk mereka di pasar Eropa. yang didominasi oleh selusin gudang penyimpanan raksasa, masing-masing seukuran lapangan sepak bola.

Sebelum larangan ekspor, harga gandum bisa mencapai 2.300 rupee atau sekitar Rp 440 ribu per 100 kilogram. Namun, setelah Pemerintah melarang aktivitas ekspor, harga gandum merosot menjadi 2.015 rupee atau sekitar Rp 380 ribu per kilogram.

Akhir-akhir ini India menghadapi gelombang panas ekstrem. Perubahan cuaca yang tak menentu ini juga ikut andil pada kegagalan panen gandum. Ratusan juta petani kecil di India yang hidup di perbatasan semakin tercekik.

Salah satu petani gandum, Navtej Singh mengatakan kepada AFP bahwa selama musim paceklik ia hanya menjual 30 ton gandum dari total 60 ton gandum yang dipanen. Namun, setelah Pemerintah India memutuskan larangan ekspor, ia bergegas untuk menjual sisanya.

"Larangan ini mengejutkan, Harganya turun ke titik terendah dan bahkan tidak menutupi pengeluaran kami. Saya bahkan tidak bisa menunggu sehari. Pihak berwenang tidak berkonsultasi dengan siapa pun dan telah bertindak egois," ucap Navtej Sigh kepada AFP.

Sebelum konflik di Ukraina dan hantaman gelombang panas, produksi gandum di India sebesar 109 juta ton pada tahun 2021.

Baca Juga: